Kunci Jawaban Memahami Suasana Cerita dan Emosi Tokoh dalam Buku Bergambar

Kunci Jawaban Memahami Suasana Cerita dan Emosi Tokoh dalam Buku Bergambar – Halo sobat kurikulum merdeka.id, pada pembahasan kali ini kalian akan belajar memahami suasana cerita dan emosi tokoh pada cerita Itam dan U.

Baca dan perhatikan gambar pada cerita Itam dan U dengan seksama. Setelah itu jawablah beberapa pertanyaan yang menyertainya sebagai panduan dalam memahami materi tersebut.

Langsung saja kita akan masuk dalam pembahasan soal tentang kunci jawaban memahami suasana cerita dan emosi tokoh dalam buku bergambar yang terdapat pada Bahasa Indonesia SMP Kelas VII Kurikulum Merdeka.  Yuk kita simak bersama !

Kunci Jawaban Memahami Suasana Cerita dan Emosi Tokoh dalam Buku Bergambar Halaman 148

Baca Juga : Kunci Jawaban Memprediksi Cerita Itam dan U Melalui Gambar

Kegiatan 2

Memahami Suasana Cerita dan Emosi Tokoh dalam Buku Bergambar

Membaca

Sekarang bacalah cerita Itam dan U di bawah ini.

BAB 1

Gelombang Besar

Itam dan Micel sedang asyik bermain gasing ketika terdengar nyanyian yang sudah sangat mereka kenal.

“Lagu itu lagi. Lagu itu lagi. Apa Cik Lam tidak bosan, ya?” kata Itam.

“Eh, ini penting …,” sergah Cik Lam. Belum selesai kalimat Cik Lam, mendadak bumi berguncang hebat! Itam dan Micel berlari ketakutan.

Tidak lama kemudian, guncangan itu reda. Itam dan Micel kembali ke pantai untuk bermain gasing. Namun, air laut telah surut jauh sekali, meninggalkan banyak ikan bergelimpangan. Penduduk desa beramai-ramai mengumpulkan ikan-ikan itu.

“Kita makan besar hari ini!” sorak mereka kegirangan.

“Itu smong! SMOOOONG! Lari!” Cik Lam berteriak, mengajak orang-orang menjauhi pantai. Namun, mereka hanya tertawa dan mengabaikan Cik Lam.

Cik Lam menyambar tangan Itam dan Micel. “Cepat, lari!”

Di belakang mereka, seseorang menjerit, “AIR LAUT NAIK!”

Gelombang raksasa menghantam.

Air laut menyeret Itam, memisahkannya dari Cik Lam, lalu mengempaskannya ke sebatang pohon kelapa. Itam memeluk erat pohon kelapa itu agar tak kembali terseret air.

Itam berhasil memanjat pohon kelapa sampai ke puncak. Dari atas yang terlihat hanya air dan air. Tidak ada Micel, tidak ada siapa pun. Kini hanya ada dia dan U, pohon kelapa itu.

Baca Juga : Kunci Jawaban Soal Pemantik Bab V Membuka Gerbang Dunia

Bab 2

Di Mana Semua Orang?

Hari ketiga, Itam mendengar seruan-seruan. Beberapa orang terlihat mencari-cari di antara puing dan reruntuhan. Cik Lam ada di antara mereka. Itam berteriak dan menggoyang-goyangkan pelepah U. Tim penyelamat pun membantu Itam turun.

“Jangan khawatir Itam.” Cik Lam memeluk Itam.

“Semuanya baik-baik saja.”

Tidak, Itam tidak merasa baik-baik saja. Dia mengelak dari pelukan Cik Lam.

Itam segera berlari ke arah rumahnya, mencari Ayah dan Ibu. Namun, semuanya porak-poranda. Tidak ada yang tersisa kecuali sebatang pohon nangka. Itam berlari ke rumah Micel. Yang ditemuinya hanya reruntuhan.

Sebuah tangan menepuk pundaknya. Cik Lam. “Orang tua dan temanmu sudah tiada,” ujar Cik Lam dengan sedih. “Cik Lam dan tim penyelamat sudah mencari mereka ke mana-mana. Tidak ada.”

Tidak!” Itam berteriak marah. “Mereka pasti masih hidup. Aku akan mencari mereka!”

Seharian Itam mengelilingi gampong, tetapi dia tidak menemukan Ayah dan Ibu. Tidak juga Micel. Ketika malam datang, Cik Lam mengajak Itam ke rumahnya. Itam terpaksa ikut, tetapi dia tidak mau menyentuh makanan yang disuguhkan Cik Lam. Kelelahan, Itam pun tertidur.

Itam mencari ke posko penyelamatan. Itam mencari ke tenda darurat. Itam berjalan berjam-jam lamanya, bahkan ke gampong-gampong sebelah. Setiap hari, selama berminggu-minggu, Itam mencari. Akan tetapi, Itam tidak menemukan Ayah dan Ibunya.

Ayo pulang, Itam. Hari sudah hampir malam,” Cik Lam berusaha membujuk Itam.

“Tidak! Aku tidak mau pulang kalau tidak ada Ayah dan Ibu!” teriak Itam. Dan dengan sengit dia berkata, “Kenapa Cik Lam tidak membantuku?”

“Sudah 30 hari sejak tsunami berlalu,” jawab Cik Lam. “Sudah waktunya kita berhenti mencari.”

“Tidak! Aku tak mau menyerah! Aku tak mau pulang bersama Cik Lam.” Itam berteriak dan berlari menjauh. Dia berlari menuju pantai.

Di sana dia melihat bayangan tinggi hitam dengan daun-daunnya yang melambai.

“U!” Itam menyandarkan tubuhnya ke pohon yang telah menyelamatkan hidupnya itu. Telinganya dia tempelkan ke batang U. “Apakah kamu melihat Ayah dan Ibu? Apakah kamu melihat Micel? Beri tahu aku, U.” Namun, pohon kelapa itu hanya diam.

Baca Juga : Kunci Jawaban Menentukan Tema Dan Suasana Yang Terkandung Pada Puisi Gadis Peminta-Minta

BAB 3

Jala Cik Lam dan Smong

“Hei, Itam, di situ kamu rupanya.” Suara Cik Lam memanggil Itam. “Bagaimana kalau kamu membantu Cik Lam memperbaiki Jala?”

Itam langsung merengut . D i a t i d a k ingin mendekati jala Cik Lam. Jala mengingatkannya kepada Ayah. Dulu Itam sering membantu Ayah memperbaiki jala. Dan Cik Lam bukan ayahnya!

Cik Lam mulai bekerja sendiri. Seperti biasa, dia mendendangkan

lagu kesukaannya.

“… Ede Smong kahanee …”

Syairnya terdengar ganjil, dan iramanya amat mendayu. Itam terhanyut menyimak lantunan lagu itu.

Itam sejenak terdiam.

“Ba-bagaimana keluarga Cik Lam?” tanya Itam, “apakah mereka selamat?”

“Ayahku selamat, tetapi kakekku tidak.

Begitu pula paman, bibi, dan beberapa sepupuku yang masih kecil. Mereka hilang tersapu ombak. Kami tidak pernah melihat mereka lagi.”

Cik Lam tampak berusaha tetap tersenyum. Itam mengamati Cik Lam yang kini diam terus memperbaiki jala. Perlahan Itam mendekati Cik Lam dan meraih ujung jala.

“Aku boleh bantu, Cik Lam?” tanya Itam.

BAB 4

Itu Micel?

Itam menggoreskan satu garis lagi di batang pohon U. “Seratus delapan puluh hari,” gumam Itam. Dia tempelkan telinganya

ke batang pohon.

“U, temanku, adakah yang terlihat olehmu dari atas sana?” tanya Itam. “Beri tahu aku, ya, kalau kamu melihat sesuatu?”

“Di mana Ayah dan Ibu saat ini?” Itam bertanya-tanya dalam hati.

Itam mengkhayal, mungkin Ayah pergi melaut ke tempat yang jauh, mencari ikan yang besar. Mungkin Ibu melanjutkan sekolah lagi, seperti yang selalu dia impikan.

Sementara, Micel mungkin sedang mengikuti perlombaan gasing tingkat dunia! Dia pasti menang! Itam tersenyum sendiri membayangkan semua itu. Tiba-tiba Itam melihat seorang anak laki-laki berlari melintas. Dia terlihat seperti … Micel!

Anak itu membanting sebuah gasing ke tanah. Itam menahan napas. Itu pasti Micel! Micel sudah pulang! “MICEEEEEL!” Itam berteriak memanggil. Itam berlari menyusul anak itu sampai ke sebuah posko pengungsian. Sekelompok anak bermain gasing.

Seorang anak berseru menyambut anak yang baru datang itu,

“Hasim, ayo bermain bersama kami.”

Kecewa, Itam pun tersadar bahwa anak laki-laki itu bukan Micel.

Sewaktu Itam berbalik hendak pergi, anak-anak itu mulai bertengkar.

“Ayolah, Hasim, biarkan yang lain dapat giliran.”

“Hasim, aku juga ingin main gasing!”

Itam melihat mereka bertengkar. Itam juga melihat sebagian mereka belum pandai memainkan gasing.

“Hmmmm … aku punya ide,” pikir Itam.

Baca Juga : Kunci Jawaban Mengidentifikasi Tema dan Suasana pada Puisi Tuhan Kita Begitu Dekat

BAB 5

Seribu Kejutan

Itam mengumpulkan kayu dari hutan.

“Apa yang kamu lakukan, Itam?” tanya Cik Lam.

“Ngggg … aku ingin membuat sesuatu dengan kayu-kayu ini,”

ragu-ragu Itam menatap Cik Lam. “Cik Lam mau bantu aku?

Segera mereka sibuk memotong, mengikir, dan mengamplas kayu. Serpihan kayu berserakan di mana-mana. Mereka terus sibuk. Hanya azan dan perut keroncongan yang membuat mereka berhenti. Dan ketika saatnya mengecat, tangan mereka pun penuh dengan cat warna-warni. Hari sudah gelap ketika mereka selesai. Itam dan Cik Lam merapikan semua sisa kayu dan cat.

“Inilah dia, seribu gasing kejutan!” sorak Itam.

BAB 6

Berbagi Kegembiraan

Keesokan harinya, dengan sebuah tas besar Itam membawa semua gasing itu ke rumah pengungsian.

“ I n i untuk kalian,” ujar Itam samb i l menuangkan isi tas.

“HOREEEEE!” anak-anak bersorak-sorai.

“Aku mau yang kuning,” kata seorang anak perempuan.

“Yang ini untukku!” seorang anak kecil mungil menyabet gasing totol-totol merah.

Seorang anak menghampiri Itam.

“Terima kasih, Bang,” katanya. Senyumnya lebar sekali. Anak itu kemudian menghampiri seorang nenek.

“Itu Ina dan neneknya,” Hasim berkata.

“Gelombang besar memisahkan mereka, tapi nenek Ina terus mencari dan menemukan cucunya di posko ini.” Ina melambaikan tangan berpamitan ke semua orang.

BAB 7

Kembali Melaut

Sambil menyeka matanya, Itam berjalan menuju pantai untuk menemui U. Dia menyandarkan pipinya ke batang U. “Terima kasih telah ada untukku,” kata Itam kepada U. “Terima kasih telah mengawasi Mama, Papa, dan Micel.”

Itam memeluk pohon itu. “Aku mungkin tidak akan datang menemuimu setiap hari sekarang, U. Aku mungkin sibuk dengan hal-hal lain.” Ketika Itam berbalik dan melangkah pergi, Cik Lam memanggilnya. “Itam, aku mau memancing! Tunggu aku di sini.” Itam berhenti. Dia melihat ke arah U. Daun-daun pohon melambai tertiup angin. Dia memandang Cik Lam, dan lelaki tua itu tersenyum padanya. Dia melihat Cik Lam menaiki kapalnya.

Bersama-sama Itam dan Cik Lam menyanyikan lagu Smong saat perahu nelayan membawa mereka melintasi laut.

Baca Juga : Kunci Jawaban Menelaah Kesesuaian Diksi, Majas, Pengaturan Rima, dan Tipografi pada Puisi Nyanyian Gerimis

Jelajah Kata

Cik : Bapak dalam bahasa Gayo

Gampong : wilayah setingkat kelurahan di Aceh

Posko : pos komando

Smong : gelombang laut besar dalam bahasa Aceh

Seperti pada bab-bab selanjutnya, tandai kata-kata yang sulit atau baru bagi kalian dan temukan artinya pada kamus atau Kamus Besar Bahasa Indonesia https://kbbi.kemdikbud.go.id/

Diskusikan pertanyaan berikut ini dengan teman kalian!

1. Siapakah Itam dan U pada cerita di atas?

2. Bencana apakah yang dialami Itam pada cerita ini?

3. Pada bab berapa bencana ini dikisahkan?

4. “Tidak, Itam tidak merasa baik-baik saja. Dia mengelak dari pelukan Cik Lam.” Ini adalah salah satu kalimat pada Bab 2. Mengapa Itam merasa demikian?

5. Perasaan Itam berubah sepanjang cerita. Jelaskan perasaan Itam pada setiap bab dan tuliskan ulang kalimat yang mendukung pendapatmu tersebut. Bab 1 telah dikerjakan untuk kalian sebagai contoh.

Baca Juga : Kunci Jawaban Menganalisa  Penggunaan Diksi, Pengaturan Rima, dan Tipografi pada Puisi Tapi

Tabel 5.2 Memahami Emosi Tokoh dalam Buku Bergambar

Kunci Jawaban Memahami Suasana Cerita dan Emosi Tokoh dalam Buku Bergambar

Jawaban :

1. Tokoh Itam adalah seorang anak laki-laki. Sedangkan tokoh U adalah pohon kelapa.

2. Bencana yang dialami Itam adalah Tsunami

3. Bencana dikisahkan pada bab 1

4. Karena Itam merasa sangat ketakutan.

5. Perasaan Itam pada setiap bab :

Bab Perasaan Itam Kalimat yang menunjukan hal tersebut
Bab 1 Takut,

Panik

Kesepian

Dari atas yang terlihat hanya air dan air. Tidak ada Micel, tidak ada siapapun. Kini hanya ada dia dan U, pohon kelapa itu.
Bab 2 Marah “Tidak! Aku tak mau menyerah! Aku tak mau pulang bersama Cik Lam.” Itam berteriak dan berlari menjauh. Dia berlari menuju pantai.
Bab 3 Sedih

Iba

Cik Lam tampak berusaha tetap tersenyum. Itam mengamati Cik Lam yang kini diam terus memperbaiki jala. Perlahan Itam mendekati Cik Lam dan meraih ujung jala.

“Aku boleh bantu, Cik Lam?” tanya Itam.

Bab 4 Rindu Itam menahan napas. Itu pasti Micel! Micel sudah pulang! “MICEEEEEL!” Itam berteriak memanggil.
Bab 5 Semangat “Inilah dia, seribu gasing kejutan!” sorak Itam.
Bab 6 Bahagia Keesokan harinya, dengan sebuah tas besar Itam membawa semua gasing itu ke rumah pengungsian.

“ Ini untuk kalian,” ujar Itam sambil menuangkan isi tas.

Bab 7 Lega

Sedih

Itam memeluk pohon itu. “Aku mungkin tidak akan datang menemuimu setiap hari sekarang, U. Aku mungkin sibuk dengan hal-hal lain.”

Baca Juga : Kunci Jawaban Mencermati Teks Diskusi

Penutup

Nah, demikianlah pembahasan tentang kunci jawaban memahami suasana cerita dan emosi tokoh dalam buku bergambar yang terdapat pada buku Bahasa Indonesia SMP Kelas VII Kurikulum Merdeka. Semoga dengan pembahasan soal di atas dapat menambah pengetahuan dalam memahami suasana cerita dan emosi tokoh pada cerita Itam dan U. Sehingga akan lebih mudah memahami materi yang akan disampaikan. Selamat belajar !

Disclaimer : jawaban dalam pembahasan soal di atas merupakan salah satu referensi dalam menjawab soal dan bukan sebagai acuan utama. Oleh karena itu jawaban di atas tidak mutlak kebenarannya dan masih bisa dikembangkan.

Tinggalkan komentar