Kegiatan 1 Mengidentifikasi Pesan Pada Teks Monolog yang Mengandung Kritik Sosial, Bahasa Indonesia Kelas X

Kunci Jawaban Kegiatan 1 Mengidentifikasi Pesan Pada Teks Monolog yang Mengandung Kritik Sosial, Buku Bahasa Indonesia Kelas X Halaman 29 – 31 Kurikulum Merdeka – Dalam hiruk-pikuk kehidupan sehari-hari, seringkali kita mencari momen liburan sebagai pelarian dari rutinitas yang melelahkan. Namun, bagi seorang kuli bangunan yang bernama Didi, liburan justru menjadi sumber stres. Dalam sebuah lawakan tunggal yang mengocok perut, Didi mengungkapkan pengalamannya yang penuh lika-liku ketika mencoba merencanakan liburan bagi dirinya dan keluarga. Melalui lawakan stand-up comedy yang kocak, Didi tidak hanya menghibur audiens, tetapi juga menyampaikan pesan-pesan sosial yang menggugah pemikiran.

Dalam cerita humor Didi, kita diajak untuk melihat sisi lain dari liburan yang seringkali dianggap sebagai obat stres. Bagi banyak orang, liburan merupakan momen untuk melepaskan diri dari rutinitas, mencari ketenangan, atau bersenang-senang di tempat-tempat wisata. Namun, bagi Didi, seorang kuli bangunan, liburan adalah tantangan tersendiri. Ia menghadapi kendala finansial, rencana yang selalu terhambat, dan keinginan anaknya yang jarang terwujud. Dalam lawakannya, Didi dengan jenaka membuka mata kita terhadap realitas bahwa liburan tidak selalu seindah yang kita bayangkan.

Melalui humor yang cerdas, Didi menyoroti masalah sosial yang relevan dengan kehidupan masyarakat. Ia mengkritisi stereotip gender yang masih terjadi, ketika anak perempuannya ingin menjadi kuli bangunan, dan mengangkat isu emansipasi dengan cara yang lucu. Selain itu, Didi juga menggambarkan situasi yang dihadapinya sebagai seorang kuli bangunan, menghadapi banjir di Jakarta atau bahkan membangun rumah miring di Dufan. Di balik lawakan kocak, pesan-pesan yang disampaikan oleh Didi memicu refleksi tentang kebahagiaan, kesenjangan sosial, dan tantangan dalam merencanakan liburan di tengah keterbatasan.

Kegiatan 1 Mengidentifikasi Pesan Pada Teks Monolog yang Mengandung Kritik Sosial

Kali ini kalian akan menyimak anekdot aural berbentuk lawakan tunggal (stand up comedy). Lawakan tunggal atau komedi tunggal merupakan penyajian lawakan yang dilakukan seorang diri di atas panggung. Komika, orang yang melakukan lawakan tunggal, menyampaikan sebuah topik dengan cara bermonolog. Melalui lawakan tunggal, seorang komika berusaha mengungkapkan ketidaksetujuan terhadap sesuatu, baik berupa kritik sosial yang berdasarkan penelitian maupun kegelisahan diri. Oleh karena itu, lawakan tunggal disebut juga sebagai komedi cerdas yang menyampaikan pesan bagi para pendengarnya.

Sekarang, simaklah dengan saksama lawakan tunggal yang akan dibaca kan teman kamu berikut. Lalu, identifikasikanlah hal-hal berikut dari lawakan tunggal yang kalian simak.

Liburan Kuli Bangunan

Kegiatan 1 Mengidentifikasi Pesan Pada Teks Monolog yang Mengandung Kritik Sosial, Bahasa Indonesia Kelas X

Assalamu’alaikum warrahmatullahi wabarakatuh. Perkenalkan, saya Didi. Di sini ada kuli bangunan? Wah, berarti saya satu-satunya ya di sini. Ngomong-ngomong soal liburan, buat kebanyakan orang, liburan itu obat stres, tapi buat saya malah bikin stres. Datang liburan orang-orang sibuk nyiapin rencana mau liburan ke mana. Saya malah sibuk nyari alasan.

Anak saya minta liburan, “Pak, ingin ke Dufan.”
“Nak, Jakarta banjir.”
“Ya udah Pak, ke Tangkuban Perahu.”
“Nak, perahunya bocor.”
“Ah bilang aja, Bapak gak punya uang.”
“Cerdas!”

Anak saya itu memang jarang liburan. Saya bawa ke tempat kerja saja, menurut dia itu tamasya. Dari pagi sampai sore, dia anteng nyusun lego, pakai batu bata. Kalau orang lain nyusun lego, anakanak, ya jadi robot, anak saya jadi pos ronda.

Pulang ke rumah ditanya sama istri saya, “Gimana Nak, seru main sama Bapak?”
“Mantap, Mah! Pokoknya udah gede aku mau jadi kuli bangunan.”
“Hey, masa perempuan jadi kuli banguan..”
“Gak apa-apa, Mah, emansipasi!”
Ya, anak saya itu memang jarang liburan, jadi dia itu norak. Kemarin saja saya bawa ajak mandi bola, dia bawa handuk.

Istri saya langsung ngomong, “Nak, mandi bola gak usah bawa handuk, Kan udah disediain.”

Tapi bukan cuma anak saya, saya juga jarang liburan. Satu-satunya liburan saya ya di acara ini. Buat saya kompetisi ini liburan. Gimana enggak coba? Saya dapat pergi ke Jakarta, tidur di hotel, kasurnya empuk, kalau saya tidur langsung terbayang hal indah. Gak kaya di rumah. Saya ketika tidur langsung terbayang cicilan. Tapi, gara-gara itu saya sering diprotes sama anak saya.

Dia bilang gini, “Bapak curang. Tidur di hotel, makan nasi kotak, tiap hari naik lift.”
“Nak, kan Bapak di sana kerja.”
“Apa Pak? Kerja? Preet! Katanya Jakarta banjir.”
“Nak, iya banjir, makanya Bapak ke Jakarta naik tongkang.”

Anak saya itu sering protes karena dia itu ingin banget ke Jakarta, ingin tahu Dufan. Kalau orang lain, anak yang lain, ingin tahu Dufan dibawa ke Dufan. Anak saya ingin tahu Dufan dibawa ke warnet.

“Tuh Nak, Dufan, Dufan itu.”

Tapi saya jadi tahu walaupun dari warnet, ternyata banyak wahana di Dufan itu, salah satunya rumah miring. Rumah miring, ini kalau mandor saya tahu, dibongkar ini. Saya aja masang bata miring dimarahin. Ini orang dengan sadar tanpa pengaruh alkohol ngebangun rumah miring. Ini anak proyek mana yang bikin? Bikin malu komunitas.

Saya Didi. Terima kasih.

Sumber : https://www.youtube.com/watch?v=AbFyJlBTANs

Identifikasikanlah hal-hal berikut dari lawakan tunggal yang kalian simak.

Tema

  • Liburan
  • Kuli bangunan
  • Rencana liburan
  • Keinginan anak untuk pergi ke Dufan
  • Noraknya anak dan keluarga

Masalah yang dihadapi:

  • Sulitnya menyusun rencana liburan
  • Tidak punya cukup uang untuk liburan
  • Banjir di Jakarta
  • Anak yang jarang liburan
  • Anak yang ingin menjadi kuli bangunan
  • Kurangnya kesempatan liburan

Unsur humor:

  • Penyampaian monolog dengan gaya stand-up comedy
  • Penggunaan dialog lucu antara komika, anak, dan istri
  • Pembuatan situasi kocak dengan kontras antara harapan liburan dan kenyataan
  • Pemilihan kata-kata kocak dan twist pada jawaban

Pesan yang ingin disampaikan:

  • Liburan dapat menjadi sumber stres, terutama bagi mereka yang tidak memiliki cukup uang atau kesempatan untuk liburan.
  • Kehadiran anak yang jarang liburan dan bermain dengan bahan sederhana menunjukkan bahwa kesenangan tidak harus bergantung pada tempat atau barang mewah.
  • Kritik terhadap stereotip gender dalam pekerjaan, dengan anak perempuan yang ingin menjadi kuli bangunan dan istri yang meresponsnya dengan emansipasi.
  • Humor dalam hal-hal sehari-hari dan situasi yang biasanya dianggap kurang menyenangkan dapat membantu mengurangi stres dan menciptakan kebahagiaan dalam kehidupan sehari-hari.

Diskusi lanjutan

1. Apakah pesan dalam teks tersampaikan dengan jelas?

Jawaban:

Pesan dalam teks cukup jelas tersampaikan melalui humor dan cerita seorang kuli bangunan yang merasa sulit untuk liburan dan menghadapi berbagai kendala. Pesan utamanya adalah bahwa liburan bisa menjadi sumber stres, terutama ketika terkendala oleh masalah finansial atau situasi yang tidak memungkinkan. Selain itu, pesan tersebut juga menggarisbawahi bahwa kebahagiaan tidak selalu bergantung pada tempat atau hal-hal mewah.

2. Apakah masalah sosial yang diangkat relevan dengan kehidupan masyarakat?

Jawaban:

Meskipun cerita ini diangkat dalam konteks humor, ada beberapa masalah sosial yang relevan dengan kehidupan masyarakat yang diangkat. Misalnya, sulitnya merencanakan liburan, terutama bagi mereka yang memiliki keterbatasan finansial atau kesibukan dalam pekerjaan. Juga, stereotip gender yang dibahas dengan kelucuan, ketika anak perempuan ingin menjadi kuli bangunan dan adanya reaksi dari istri yang mengangkat isu emansipasi. Masalah banjir di Jakarta dan keadaan perahu yang bocor di Tangkuban Perahu juga mencerminkan tantangan yang mungkin dihadapi saat merencanakan liburan.

3. Hal apa yang perlu ditambahkan agar teks ini dapat lebih baik dalam menyampaikan pesan sosial?

Jawaban:

Untuk menyampaikan pesan sosial yang lebih kuat, teks ini dapat menambahkan lebih banyak pengamatan atau kritik sosial yang lebih dalam. Misalnya, bisa lebih menggali dampak dari kesenjangan sosial dalam akses liburan atau memperhatikan pengaruh media sosial dalam menciptakan tekanan untuk liburan yang sempurna. Juga, menjelaskan lebih lanjut bagaimana kondisi perumahan atau keadaan lingkungan kerja di sektor konstruksi dapat mengarah pada kejadian seperti rumah miring. Dengan lebih memperjelas aspek-aspek sosial ini, pesan yang ingin disampaikan dapat menjadi lebih kuat dan dapat mendorong pemikiran kritis serta perubahan sosial yang lebih luas.

Kesimpulan

Dari lawakan tunggal Didi tentang liburan kuli bangunan, kita dapat menyimpulkan beberapa hal. Pertama, liburan tidak selalu merupakan obat stres bagi semua orang. Bagi mereka yang menghadapi kendala finansial atau keterbatasan lainnya, merencanakan dan menghadiri liburan dapat menjadi sumber stres dan kekhawatiran. Kedua, humor dapat digunakan sebagai alat untuk menyampaikan pesan-pesan sosial yang kuat. Didi menggunakan komedi tunggalnya untuk mengangkat isu-isu seperti stereotip gender, emansipasi, dan tantangan dalam kehidupan sehari-hari, memberikan sudut pandang baru yang menggugah pemikiran. Ketiga, melalui cerita humor, kita dapat memahami pentingnya melihat sisi lucu dalam kehidupan dan menciptakan kebahagiaan di tengah-tengah keterbatasan. Didi mengajarkan kita bahwa meski mungkin tidak dapat mengubah situasi, kita dapat menemukan kegembiraan dalam hal-hal sederhana dan menghadapinya dengan senyum.

Dalam keseluruhan, lawakan tunggal Didi membawa kita dalam perjalanan komedi yang lucu, tetapi juga mencerahkan tentang realitas kehidupan sehari-hari yang sering kali dihadapi oleh banyak orang. Dalam situasi liburan yang sulit, Didi mengingatkan kita untuk tetap menjaga optimisme, menghadapi tantangan dengan senyum, dan menghargai momen-momen kecil yang dapat membawa kebahagiaan. Pesan-pesan sosial yang tersampaikan melalui lawakan ini mendorong kita untuk melihat dunia dengan sudut pandang yang lebih luas, memperhatikan masalah sosial yang ada, dan mungkin merangkul perubahan yang lebih baik dalam masyarakat kita.

Pertanyaan dan Jawaban

Apa tema utama yang diangkat dalam monolog tersebut?

Tema utama yang diangkat dalam monolog tersebut adalah liburan dan kuli bangunan.

Apa pesan yang ingin disampaikan melalui monolog tersebut?

Pesan yang ingin disampaikan adalah bahwa liburan bisa menjadi sumber stres, terutama bagi mereka yang tidak memiliki cukup uang atau kesempatan untuk liburan. Selain itu, kebahagiaan tidak selalu bergantung pada tempat atau hal-hal mewah.

Apa masalah sosial yang diangkat dalam monolog tersebut?

Masalah sosial yang diangkat meliputi kesulitan merencanakan liburan, keterbatasan finansial, stereotip gender, dan kurangnya kesempatan liburan yang dialami oleh seorang kuli bangunan.

Bagaimana humor digunakan dalam monolog tersebut untuk menyampaikan pesan sosial?

Humor digunakan melalui dialog lucu antara komika, anak, dan istri dalam menggambarkan situasi yang kocak namun mencerminkan masalah-masalah sosial yang ada. Hal ini membuat pesan-pesan sosial lebih mudah diterima dan memicu refleksi serta pemikiran kritis.

Apakah monolog tersebut berhasil menggugah pemikiran dan refleksi terhadap masalah sosial yang diangkat?

Ya, monolog tersebut berhasil menggugah pemikiran dan refleksi terhadap masalah sosial yang diangkat. Melalui humor cerdas dan situasi yang menggelitik, monolog ini membantu audiens untuk melihat masalah-masalah sosial dari sudut pandang yang berbeda dan mengajak mereka untuk berpikir lebih dalam tentang kebahagiaan, kesenjangan sosial, dan perubahan yang mungkin dibutuhkan dalam masyarakat.

Tinggalkan komentar