Menilai Akurasi Kritik Sosial yang Disampaikan, Bahasa Indonesia Kelas X Kurikulum Merdeka

Kunci Jawaban Kegiatan Menilai Akurasi Kritik Sosial yang Disampaikan, Buku Siswa Bahasa Indonesia Kelas X SMP Halaman 34-37 Kurikulum Merdeka – Kegiatan Menilai Akurasi Kritik Sosial yang Disampaikan adalah sebuah proses penting dalam memahami dan mengevaluasi pesan-pesan yang diungkapkan dalam masyarakat. Dalam buku siswa Bahasa Indonesia kelas X SMP, khususnya pada halaman 34-37 Kurikulum Merdeka, terdapat penekanan yang kuat pada pentingnya memiliki sumber informasi yang akurat dan bertanggung jawab dalam menyampaikan kritik sosial. Artikel ini akan membahas tentang pentingnya kegiatan tersebut, serta memberikan panduan praktis dalam menilai akurasi kritik sosial yang disampaikan.

Dalam era informasi yang semakin canggih dan berkembang pesat, keakuratan informasi menjadi sangat penting dalam menghindari miskomunikasi dan penyebaran berita palsu. Kegiatan Menilai Akurasi Kritik Sosial yang Disampaikan memberikan landasan yang kuat bagi masyarakat untuk membedakan antara fakta, opini, dan asumsi dalam berbagai pernyataan yang dikemukakan. Dengan memiliki sumber informasi yang memadai, kita dapat menghindari penyebaran berita yang tidak benar, serta dapat mengemukakan kritik sosial yang berdasarkan fakta dan memperkuat pemahaman kita tentang fenomena yang terjadi di masyarakat.

Artikel ini juga akan memberikan panduan praktis dalam menilai akurasi kritik sosial. Dalam buku siswa Bahasa Indonesia kelas X SMP, halaman 34-37 Kurikulum Merdeka, terdapat strategi-strategi yang dapat digunakan untuk mengevaluasi informasi yang diperoleh, seperti membandingkan beberapa sumber informasi, memeriksa keakuratan fakta yang disampaikan, dan mempertimbangkan sudut pandang yang mendasari kritik sosial tersebut. Dengan mempraktikkan kegiatan ini, siswa akan terlatih dalam berpikir kritis, memiliki wawasan yang lebih luas, dan mampu menyampaikan kritik yang lebih bertanggung jawab.

Dalam era yang semakin kompleks ini, keterampilan menilai akurasi kritik sosial sangatlah penting. Melalui buku siswa Bahasa Indonesia kelas X SMP, halaman 34-37 Kurikulum Merdeka, siswa diajak untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis, mengevaluasi informasi yang diperoleh, dan menyampaikan kritik sosial yang berbasis pada fakta dan pemahaman yang akurat. Dengan demikian, diharapkan siswa mampu menjadi anggota masyarakat yang bertanggung jawab, kritis, dan mampu menyumbangkan ide-ide konstruktif dalam membangun masyarakat yang lebih baik.

Menilai Akurasi Kritik Sosial yang Disampaikan

Sebagai teks yang berisi fenomena sosial yang benar-benar terjadi di masyarakat, anekdot tidak dapat lepas dari keakuratan sumber informasi atau fenomena yang diangkat. Kalian harus memiliki sumber informasi yang memadai agar dapat menentukan apakah informasi yang disampaikan berupa fakta, opini, atau asumsi. Dengan membandingkan beberapa informasi yang kalian dapatkan, kalian dapat memperoleh informasi yang lebih akurat dan bertanggung jawab saat menyampaikan kritik.

Salah satu jenis sumber bacaan yang dapat digunakan dalam meyampaikan kritik sosial adalah berita. Berita merupakan salah satu jenis teks eksposisi. Perhatikan komik di bawah ini.

Kunci Jawaban Kegiatan Menilai Akurasi Kritik Sosial yang Disampaikan, Buku Siswa Bahasa Indonesia Kelas X SMP Halaman 34-37 Kurikulum Merdeka

Bandingkanlah informasi pada komik “Ponsel Mencandu” dengan dua berita berikut. Perhatikan dengan saksama apakah terdapat perbedaaan informasi yang disampaikan dari sumber tersebut dengan informasi pada komik.

Berita 1

Pasien Lupa Orang Tua karena Kecanduan Ponsel

Kamis, 17 Okt 2019

Selain di Bandung Barat, Rumah Sakit Jiwa Daerah (RSJD) dr. Arif Zainudin Surakarta juga menerima pasien kecanduan ponsel. Tahun ini, jumlah pasien tersebut semakin meningkat. Kepala Instalasi Kesehatan Jiwa Anak Remaja RSJD dr. Arif Zainudin Surakarta, Aliyah Himawati, mengatakan fenomena tersebut sudah terjadi sejak tiga tahun lalu. Namun belakangan, fenomena tersebut memang makin marak.

“Tiga tahun lalu ada tapi sedikit. Sejak tahun ajaran baru ini ada sekitar 35 anak remaja. Sehari ada 1-2 anak yang berobat,” kata Aliyah, Kamis (17/10/2019).

Kondisi gangguan kejiwaan mereka berbeda-beda. Pasien dengan kondisi yang sangat parah bahkan tidak mengakui dan menganiaya orang tuanya.

“Orang tuanya tidak dianggap. Dia bilang kalau dia itu turun dari langit. Isi pikirannya itu yang ada di gim itu, bahasanya bahasa di gim itu,” ujarnya.

Kebanyakan pasien tersebut kecanduan gim ekstrem. Mereka tidak mau makan hingga tak mau sekolah. Kalaupun sekolah, mereka ingin segera pulang untuk bermain gim.

“Ada yang niat ke sekolah itu untuk main gim. Karena di sekolah ada wifi gratis. Sedangkan di rumah sudah diputus orang tuanya,” kata Aliyah.

Penanganan pasien kecanduan ponsel ini dilakukan sesuai dengan gejalanya. Pertama, pasien harus mengakui jika dirinya kecanduan ponsel. Setelah itu, pasien diberi obat.

“Kondisi kecanduan ini membuat cairan otak atau kerja saraf tidak seimbang. Langkah farmakoterapi atau pemberian obat ini yang paling cepat bisa menyeimbangkan,” ujar dia. Kemudian pasien akan menjalani terapi perilaku. Secara berangsur, dosis obat juga diturunkan.

“Untuk pasien rawat jalan, kita evaluasi dua minggu sekali. Mereka kita beri kontrak kegiatan. Sehari ngapain saja. Sehari pegang ponsel itu hanya dua jam,” katanya.

Sebagai langkah pencegahan, dia mengimbau kepada orang tua agar menjauhkan ponsel dari anak sejak dini. Saat ini banyak orang tua yang
mengenalkan ponsel terlalu dini.

(Sumber: https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-4749582/pasien-kecanduan-ponsel-di-rsj-solo-juga-bertambah-ada-yang-sampai-lupa-ortu dengan penyesuaian)

Berita 2

Pasien Anak Kecanduan Ponsel Bertambah di RS Jiwa Solo

Kamis : 17 Oktober 2019

Rumah Sakit Jiwa Daerah (RSJD) dr. Arif Zainudin, Solo, Jawa Tengah, mencatat adanya kenaikan signifikan jumlah pasien kecanduan ponsel. Bahkan dalam tiga bulan terakhir sudah ada 35 pasien kecanduan ponsel yang berobat ke RSJD Solo.

Kepala Instalasi Kesehatan Jiwa Anak dan Remaja RSJD dr. Arif Zainudin, Aliyah Himawati, mengatakan, dulu pasien kecanduan ponsel baru ada mungkin satu orang dalam sepekan. Sekarang, dalam satu hari bisa satu sampai dua pasien. Semuanya merupakan anak-anak usia sekolah.

“Ini kan tahun ajaran baru, baru mid semester itu sudah kira-kira ada 35 anak bahkan sampai rawat inap. Yang rawat inap kemarin ada dua anak, sekarang sudah pulang,” kata Aliyah kepada wartawan, Kamis (17/10).

Pasien yang rawat inap tersebut terdiri dari satu siswa SMP dan satu siswa SMA. Sedangkan pasien rawat jalan paling kecil usianya 10 tahun.
Puluhan pasien tersebut berasal dari Solo dan sekitarnya.

Dia menyebutkan, ciri-ciri anak kecanduan ponsel biasanya orang tuanya sudah tahu si anak pegang ponsel terus. Kemudian, anak sudah tidak bisa melakukan fungsi tugasnya sebagai anak sekolah seperti sudah membolos sekolah, tidak mau sekolah, tidak mau belajar. Selain itu, anak mengalami gangguan emosi dan kesulitan tidur.

Menurutnya, dalam menangani pasien kecanduan ponsel disesuaikan dengan gejala yang muncul. Gejala bisa berbeda pada setiap anak. Misalnya, gangguan emosi dan sulit tidur diatasi terlebih dahulu.

“Ada beberapa langkah yang kami lakukan untuk mengatasi gangguan emosi itu salah satunya dengan obat farmakoterapi, setelah itu langsung masuk ke terapi perilaku,” ungkapnya.

Pada awalnya, terkadang anak merasa tidak kecanduan ponsel dan merasa baik-baik saja. Langkah pertama sebelum masuk ke terapi perilaku, lanjutnya, anak harus mengakui kalau kecanduan ponsel.

Aliyah menyatakan, proses terapi tersebut dilakukan secara berkelanjutan. Untuk farmakoterapi paling tidak dua pekan agar pasien lebih stabil. Sepekan pertama sudah bisa mulai terapi perilaku dan berlanjut paling tidak enam bulan.

“Ada daftar kontrak apa yang harus dilakukan pasien. Misalnya untuk anak yang masih sekolah jam belajar sepulang sekolah harus ngapain,
kalau dulu pegang ponsel setiap waltu sekarang harus dibatasi. Pegang ponsel hanya boleh jam tertentu maksimal satu hari hanya dua, jam apapun alasannya,” tegasnya

Aliyah menambahkan, orang tua perlu melakukan upaya dan memberi contoh untuk mencegah agar anak tidak kecanduan ponsel. Meskipun, praktiknya agak susah karena tugas-tugas sekolah terkadang memakai gawai.

Cara mencegahnya dengan menggunakan gawai hanya untuk tugas-tugas sekolah. Kemudian, pada jam-jam tertentu harusnya di keluarga tidak pegang ponsel semua. “Kalau orang tua pegang ponsel, anaknya tidak boleh ya sama saja,” ujarnya.

(Sumber: https://nasional.republika.co.id/berita/pzilao430/pasien-anak-kecanduan-ponsel-di-rs-jiwa-solo-bertambah dengan penyesuaian)

Bandingkanlah informasi pada komik dan berita di atas. Kemudian, isilah tabel berikut.

Tabel 2.3 Identifikasi Perbandingan Informasi

Asal Informasi Informasi yang Sama Informasi yang Berbeda
Komik Jumlah pasien kecanduan ponsel Pasien diberi terapi obat-obatan, Gambar anak kecanduan tidak merespon saat dipanggil “dek, jawab pertanyaan saya! dek”
Berita 1 Jumlah pasien kecanduan ponsel, Sehari ada 1-2 anak yang berobat Pasien diberi terapi obat-obatan, Pasien mengakui kecanduan ponsel, Kondisi gangguan kejiwaan pasien
Berita 2 Jumlah pasien kecanduan ponsel, Puluhan pasien berasal dari Solo dan sekitarnya Pasien diberi obat farmakoterapi, Terapi perilaku dilakukan selama paling tidak enam bulan, Anak harus mengakui kecanduan ponsel sebelum masuk ke terapi perilaku

Dalam komik, informasi yang sama dengan berita 1 dan berita 2 adalah jumlah pasien kecanduan ponsel. Informasi yang berbeda adalah pasien diberi terapi obat-obatan dan adanya gambar anak yang kecanduan tidak merespon saat dipanggil.

Dalam berita 1, informasi yang sama dengan komik dan berita 2 adalah jumlah pasien kecanduan ponsel dan pasien diberi terapi obat-obatan. Informasi yang berbeda adalah adanya penjelasan kondisi gangguan kejiwaan pasien dan pengakuan pasien terhadap kecanduan ponsel.

Dalam berita 2, informasi yang sama dengan komik dan berita 1 adalah jumlah pasien kecanduan ponsel. Informasi yang berbeda adalah pasien diberi obat farmakoterapi, terapi perilaku dilakukan selama paling tidak enam bulan, dan anak harus mengakui kecanduan ponsel sebelum masuk ke terapi perilaku.

Diskusi Lanjutan

1. Apakah isu yang diangkat pada komik sudah sesuai dengan sumber yang diberikan?

Isu yang diangkat pada komik, yaitu kecanduan ponsel dan dampaknya terhadap gangguan mental serta kualitas tidur dan konsentrasi, sesuai dengan informasi yang diberikan dalam sumber-sumber berita. Berita 1 dan berita 2 secara jelas membahas fenomena pasien kecanduan ponsel di RSJD Surakarta, dengan penjelasan mengenai jumlah pasien, gejala, penanganan, dan upaya pencegahan. Meskipun komik tidak memberikan rincian yang sejelas berita, isu inti yang diangkat dalam komik sejalan dengan informasi yang diberikan dalam berita-berita tersebut.

2. Hal apakah yang perlu ditambahkan pada komik agar kritik yang disampaikan lebih bermakna?

Untuk membuat kritik yang disampaikan dalam komik menjadi lebih bermakna, beberapa hal yang dapat ditambahkan adalah:

a. Menggambarkan variasi efek negatif kecanduan ponsel: Komik dapat menambahkan beberapa panel yang menggambarkan efek negatif lainnya dari kecanduan ponsel, seperti pengaruh terhadap interaksi sosial, kehidupan fisik yang tidak aktif, dan penurunan produktivitas.

b. Menyertakan informasi lebih rinci: Komik dapat memberikan informasi yang lebih spesifik tentang gejala dan gangguan mental yang dialami oleh pasien yang kecanduan ponsel. Hal ini dapat memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang dampak kecanduan ponsel pada kesehatan mental.

c. Menyoroti pentingnya penggunaan yang bijak: Komik dapat menekankan pentingnya menggunakan ponsel secara bijak dan seimbang, serta memberikan saran praktis tentang bagaimana mengatur waktu penggunaan ponsel, membatasi akses ke aplikasi yang mengganggu, dan mencari kegiatan alternatif yang lebih bermanfaat.

d. Menampilkan peran orang tua dan pendidikan: Komik dapat menyoroti peran orang tua dalam mencegah kecanduan ponsel pada anak-anak dan remaja. Hal ini dapat mencakup pendekatan yang disarankan untuk pengenalan ponsel pada usia yang tepat, pengawasan orang tua, dan membantu anak-anak mengembangkan kegiatan yang lebih sehat dan bermanfaat.

Dengan menambahkan elemen-elemen tersebut, kritik yang disampaikan dalam komik akan menjadi lebih bermakna dan memberikan pemahaman yang lebih lengkap tentang isu kecanduan ponsel serta dampaknya pada masyarakat.

Kalian dapat menggunakan referensi tambahan sebagai pembanding atau penguat informasi agar mendapatkan hasil yang lebih akurat.

Kesimpulan

Kegiatan Menilai Akurasi Kritik Sosial yang Disampaikan, sebagaimana yang dibahas dalam Buku Siswa Bahasa Indonesia Kelas X, memiliki peran penting dalam membentuk pemahaman yang lebih baik tentang fenomena sosial di masyarakat. Melalui kegiatan ini, siswa diajarkan untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis, mengevaluasi informasi yang diperoleh, dan menyampaikan kritik yang berdasarkan fakta yang akurat. Dalam kesimpulan ini, kita dapat memahami bahwa kegiatan menilai akurasi kritik sosial adalah langkah penting untuk membentuk generasi yang kritis, bertanggung jawab, dan mampu berkontribusi dalam membangun masyarakat yang lebih baik.

Dalam proses menilai akurasi kritik sosial, penting untuk memiliki sumber informasi yang memadai. Buku Siswa Bahasa Indonesia Kelas X memberikan panduan praktis tentang strategi-strategi yang dapat digunakan untuk mengevaluasi informasi, seperti membandingkan sumber-sumber informasi, memeriksa keakuratan fakta, dan mempertimbangkan sudut pandang yang mendasari kritik sosial tersebut. Dengan menggunakan pendekatan ini, siswa dapat mengembangkan kemampuan dalam membedakan antara fakta, opini, dan asumsi, sehingga mampu menyampaikan kritik yang berlandaskan pemahaman yang lebih mendalam.

Selain itu, melalui kegiatan menilai akurasi kritik sosial, siswa juga diajarkan pentingnya pencegahan penyebaran berita palsu atau hoaks. Dalam era informasi yang semakin kompleks ini, keakuratan informasi menjadi krusial untuk menghindari penyebaran miskomunikasi dan konflik yang tidak perlu. Dengan memiliki pemahaman yang akurat tentang fenomena sosial dan kecakapan dalam menilai akurasi kritik sosial, siswa dapat berperan sebagai agen perubahan yang mampu mengidentifikasi dan melawan berita palsu, serta menyebarkan informasi yang benar dan bertanggung jawab.

Secara keseluruhan, kegiatan Menilai Akurasi Kritik Sosial yang Disampaikan, yang dijelaskan dalam Buku Siswa Bahasa Indonesia Kelas X, merupakan langkah penting dalam membangun pemahaman yang lebih baik tentang fenomena sosial di masyarakat. Melalui kegiatan ini, siswa diajarkan untuk berpikir kritis, mengevaluasi informasi yang diperoleh, dan menyampaikan kritik yang berbasis pada fakta yang akurat. Dengan demikian, siswa dapat menjadi anggota masyarakat yang bertanggung jawab, kritis, dan mampu menyumbangkan ide-ide konstruktif dalam membangun masyarakat yang lebih baik di masa depan.

Pertanyaan dan Jawaban

Mengapa kegiatan menilai akurasi kritik sosial penting dalam buku siswa Bahasa Indonesia Kelas X?

Jawaban: Kegiatan menilai akurasi kritik sosial penting dalam buku siswa Bahasa Indonesia Kelas X karena membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir kritis, mengevaluasi informasi yang diperoleh, dan menyampaikan kritik yang berdasarkan fakta yang akurat. Hal ini membantu siswa memahami fenomena sosial dengan lebih baik dan menjadi anggota masyarakat yang bertanggung jawab.

Apa manfaat dari menggunakan strategi membandingkan beberapa sumber informasi dalam menilai akurasi kritik sosial?

Jawaban: Strategi membandingkan beberapa sumber informasi membantu siswa mendapatkan sudut pandang yang lebih luas dan memperoleh informasi yang lebih komprehensif. Dengan membandingkan berbagai sumber, siswa dapat mengidentifikasi perbedaan, kesamaan, dan konsistensi dalam informasi yang diberikan, sehingga dapat membuat penilaian yang lebih akurat terkait dengan kritik sosial yang disampaikan.

Mengapa penting untuk memeriksa keakuratan fakta yang disampaikan dalam kritik sosial?

Jawaban: Memeriksa keakuratan fakta dalam kritik sosial penting untuk memastikan bahwa informasi yang disampaikan berdasarkan pada data yang benar dan dapat dipertanggungjawabkan. Hal ini membantu siswa menghindari penyebaran berita palsu atau miskomunikasi yang dapat merugikan masyarakat. Dengan memeriksa keakuratan fakta, siswa dapat menyampaikan kritik sosial yang didukung oleh informasi yang valid.

Bagaimana peran pemahaman sudut pandang dalam menilai akurasi kritik sosial?

Jawaban: Pemahaman sudut pandang penting dalam menilai akurasi kritik sosial karena setiap kritik sosial memiliki perspektif atau sudut pandang yang mendasarinya. Memahami sudut pandang yang melatarbelakangi kritik sosial membantu siswa untuk melihat lebih jauh dari informasi yang disampaikan dan mengidentifikasi apakah ada bias atau kecenderungan tertentu dalam kritik tersebut. Dengan mempertimbangkan sudut pandang, siswa dapat melakukan evaluasi yang lebih komprehensif terhadap akurasi dan validitas kritik sosial.

Apa manfaat utama dari kegiatan menilai akurasi kritik sosial dalam buku siswa Bahasa Indonesia Kelas X?

Jawaban: Manfaat utama dari kegiatan menilai akurasi kritik sosial adalah mengembangkan keterampilan berpikir kritis siswa, meningkatkan pemahaman mereka tentang fenomena sosial, dan membantu mereka menyampaikan kritik sosial yang berdasarkan fakta yang akurat. Selain itu, kegiatan ini juga membantu siswa menjadi lebih sadar terhadap pentingnya menggunakan sumber informasi yang memadai, menghindari penyebaran berita palsu, dan berkontribusi dalam membangun masyarakat yang lebih baik melalui kritik yang bertanggung jawab.

Tinggalkan komentar