MPLS Ramah: Membentuk Karakter dan Lingkungan Belajar Positif di Tahun Ajaran Baru 2025/2026

MPLS Ramah: Membentuk Karakter dan Lingkungan Belajar Positif di Tahun Ajaran Baru 2025/2026 – Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah atau lebih dikenal dengan MPLS, adalah momen krusial bagi setiap siswa baru. Lebih dari sekadar seremoni penerimaan, MPLS seharusnya menjadi jembatan yang mulus bagi para murid untuk beradaptasi, berinteraksi, dan merasakan semangat belajar di lingkungan baru. Menyadari pentingnya fase awal ini dalam membentuk karakter dan pengalaman belajar yang positif, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah telah mengeluarkan Surat Edaran Nomor 10 Tahun 2025 tentang Pelaksanaan Kegiatan Masa Pengenalan Lingkungan Satuan Pendidikan Ramah. Surat edaran ini menegaskan komitmen pemerintah untuk mewujudkan MPLS yang bukan hanya informatif, tetapi juga memuliakan murid, menghormati hak anak, dan menjunjung tinggi nilai-nilai karakter.

Peraturan baru ini datang sebagai penyesuaian kebijakan yang bertujuan untuk memperkuat profil lulusan yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga memiliki karakter kuat dan kesadaran sosial. Dengan berfokus pada pendekatan “MPLS Ramah”, setiap satuan pendidikan dari Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) hingga Pendidikan Menengah (SMA/SMK) di seluruh Indonesia diimbau untuk menyelenggarakan kegiatan yang edukatif, bermakna, dan menggembirakan. Ini adalah panggilan untuk menciptakan lingkungan sekolah yang aman, nyaman, dan inklusif sejak hari pertama. Artikel ini akan mengupas tuntas esensi MPLS Ramah, aktivitas yang direkomendasikan, serta peran penting pemerintah daerah dan keluarga dalam menyukseskan inisiatif ini demi masa depan pendidikan yang lebih cerah.

Esensi MPLS Ramah: Memuliakan Murid dan Memperkuat Karakter

Surat Edaran Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Nomor 10 Tahun 2025 secara fundamental mengubah perspektif tentang Masa Pengenalan Lingkungan Satuan Pendidikan (MPLS). Inti dari perubahan ini adalah pergeseran fokus dari sekadar kegiatan orientasi biasa menjadi sebuah momentum krusial untuk memuliakan murid, menghormati hak anak, dan menjunjung tinggi nilai karakter. Konsep MPLS Ramah ini adalah jantung dari kebijakan baru, yang bertujuan untuk menciptakan pengalaman belajar yang berkesadaran, bermakna, dan menggembirakan bagi setiap murid baru. Ini bukan hanya tentang orientasi fisik, melainkan orientasi jiwa dan karakter.

Pada dasarnya, MPLS adalah kegiatan pertama yang dialami murid baru di satuan pendidikan. Sebagai kegiatan pembuka, ia memiliki kekuatan yang luar biasa untuk membentuk kesan pertama dan fondasi mental-emosional siswa terhadap lingkungan belajarnya. Oleh karena itu, Kemendikbudristek menekankan bahwa MPLS harus menjadi ajang untuk menumbuhkan dan memperkuat karakter serta profil lulusan yang diharapkan. Profil lulusan yang dimaksud tidak hanya sebatas kemampuan kognitif, tetapi juga mencakup integritas moral, kemampuan beradaptasi, semangat kolaborasi, dan kesadaran akan nilai-nilai kebangsaan.

Pengenalan yang dilakukan selama MPLS Ramah tidak hanya terbatas pada fasilitas fisik sekolah atau jadwal pelajaran. Lebih jauh, kegiatan ini harus mencakup pengenalan warga sekolah (guru, staf, senior), kurikulum, dan lingkungan secara menyeluruh. Pengenalan warga sekolah bertujuan untuk membangun rasa kekeluargaan dan kepercayaan antara murid baru dengan seluruh elemen sekolah. Murid harus merasa diterima dan aman untuk bertanya serta berinteraksi. Pengenalan kurikulum tidak harus berupa penjelasan mendalam tentang setiap mata pelajaran, melainkan lebih pada gambaran umum tentang filosofi pembelajaran, metode yang digunakan, dan tujuan akhir dari proses pendidikan di jenjang tersebut. Hal ini akan membantu murid memahami ekspektasi dan mempersiapkan diri secara mental untuk tantangan akademis yang akan datang.

Aspek penting lainnya adalah pengenalan lingkungan, baik di dalam maupun di sekitar satuan pendidikan. Pengenalan lingkungan sekolah meliputi fasilitas seperti perpustakaan, laboratorium, ruang seni, area olahraga, dan lain-lain, serta tata tertib yang berlaku. Namun, MPLS Ramah juga mendorong pengenalan lingkungan di sekitar sekolah. Ini bisa berupa komunitas sekitar, fasilitas umum terdekat, atau bahkan potensi-potensi lokal yang dapat dimanfaatkan untuk pembelajaran. Tujuannya adalah untuk memperluas wawasan murid tentang ekosistem tempat mereka belajar dan hidup, menumbuhkan rasa kepedulian terhadap lingkungan sosial dan fisik di sekitar mereka.

Poin kunci dari MPLS Ramah adalah bahwa seluruh proses ini harus berjalan dengan pendekatan edukatif dan jauh dari nuansa perpeloncoan atau aktivitas yang merugikan. Pengalaman belajar yang diberikan harus berkesadaran, artinya dirancang dengan tujuan yang jelas dan dampaknya dipikirkan secara matang. Harus bermakna, yaitu memberikan nilai tambah bagi perkembangan murid, bukan sekadar mengisi waktu. Dan yang terpenting, harus menggembirakan, menciptakan suasana ceria dan antusiasme belajar yang akan terbawa sepanjang tahun ajaran.

Ini adalah panggilan bagi seluruh komponen pendidikan – mulai dari kepala sekolah, guru, hingga siswa senior – untuk berkolaborasi menciptakan pengalaman MPLS yang benar-benar transformatif. MPLS Ramah adalah fondasi awal yang krusial dalam membentuk individu yang tidak hanya cerdas, tetapi juga berkarakter, beretika, dan siap berkontribusi positif bagi masyarakat.

Aktivitas Kunci dalam Pelaksanaan MPLS Ramah

Untuk mewujudkan esensi MPLS Ramah yang memuliakan murid dan memperkuat karakter, Surat Edaran Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Nomor 10 Tahun 2025 merekomendasikan serangkaian aktivitas kunci. Aktivitas-aktivitas ini dirancang untuk menciptakan pengalaman yang holistik, edukatif, dan menyenangkan bagi murid baru, sekaligus menanamkan nilai-nilai positif sejak awal.

1. Pembinaan Kultur Sekolah dengan Pendekatan Edukatif: Aktivitas ini menjadi fondasi bagi pengenalan nilai-nilai dan kebiasaan yang berlaku di sekolah. Pembinaan kultur sekolah harus dilakukan dengan cara yang mendidik, bukan dogmatis. Ini bisa berupa cerita inspiratif tentang nilai-nilai sekolah, diskusi kelompok tentang pentingnya kedisiplinan dan saling menghormati, atau simulasi interaksi positif antarwarga sekolah. Tujuannya adalah agar murid baru memahami dan menginternalisasi norma-norma positif yang akan membentuk karakter mereka di lingkungan belajar yang baru, bukan sekadar menghafal peraturan. Guru dan senior dapat bertindak sebagai panutan, menunjukkan secara langsung bagaimana kultur sekolah yang positif diwujudkan dalam keseharian.

2. Pembiasaan Tujuh Kebiasaan Anak Indonesia Hebat dan Pagi Ceria: Inisiatif ini berfokus pada pembiasaan perilaku positif dan menciptakan suasana pagi yang penuh semangat. “Tujuh Kebiasaan Anak Indonesia Hebat” kemungkinan besar merujuk pada nilai-nilai karakter utama yang ingin ditanamkan, seperti religiusitas, kejujuran, toleransi, kedisiplinan, kerja keras, kreatif, dan mandiri, atau adaptasi dari konsep kebiasaan baik lainnya. Pembiasaan ini harus dilakukan secara konsisten melalui rutinitas harian, misalnya melalui kegiatan keagamaan singkat, senam pagi, menyanyikan lagu nasional, atau sesi berbagi inspirasi. Pagi Ceria menekankan pentingnya memulai hari dengan semangat positif, yang dapat memengaruhi mood dan motivasi belajar sepanjang hari.

3. Pencegahan Judi Online dan NAPZA, serta Menumbuhkan Keadaban Digital dan Budaya Hidup Sehat: Poin ini menyoroti relevansi MPLS dengan tantangan zaman. Sekolah diharapkan menjadi garda terdepan dalam pencegahan masalah sosial yang mengancam generasi muda, seperti judi online dan penyalahgunaan NAPZA (Narkotika, Alkohol, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya). Edukasi tentang bahaya-bahaya ini harus disisipkan secara bijak dan mudah dipahami oleh murid baru. Selain itu, MPLS juga menjadi momen penting untuk menumbuhkan keadaban digital, yaitu etika dan perilaku bertanggung jawab dalam menggunakan teknologi dan internet. Murid perlu diajarkan cara berinteraksi secara sehat di dunia maya, mengenali hoax, dan melindungi privasi. Bersamaan dengan itu, penanaman budaya hidup sehat melalui aktivitas fisik, gizi seimbang, dan kebersihan diri juga harus menjadi bagian dari MPLS.

4. Penguatan Karakter melalui Kegiatan Kepanduan dan Ekstrakurikuler Lainnya: MPLS Ramah bukan hanya tentang pengenalan, tetapi juga penguatan karakter melalui aktivitas praktis. Kegiatan kepanduan (Pramuka) secara historis telah terbukti efektif dalam membentuk karakter, kemandirian, kerja sama tim, dan kepemimpinan. Sekolah didorong untuk memperkenalkan nilai-nilai kepanduan ini, bahkan jika itu hanya dalam bentuk pengenalan singkat atau simulasi kegiatan. Selain itu, pengenalan berbagai jenis ekstrakurikuler lainnya (olahraga, seni, ilmiah, dll.) akan memotivasi murid untuk mengembangkan minat dan bakat mereka, sekaligus memberikan wadah untuk pembentukan karakter melalui aktivitas positif di luar jam pelajaran.

5. Menciptakan Lingkungan Belajar Aman, Nyaman, dan Menggembirakan: Tujuan utama dari semua aktivitas ini adalah untuk menciptakan lingkungan belajar yang aman, nyaman, dan menggembirakan. Keamanan berarti murid merasa terlindungi dari perundungan, kekerasan, dan segala bentuk ancaman. Kenyamanan berarti lingkungan fisik dan psikologis sekolah mendukung proses belajar. Menggembirakan berarti suasana belajar yang positif, memicu rasa ingin tahu, dan menghilangkan kesan menakutkan yang seringkali melekat pada MPLS di masa lalu. Ini adalah tanggung jawab kolektif seluruh warga sekolah.

6. Menyediakan Ruang Perjumpaan dan Inklusivitas: MPLS Ramah harus menjadi wadah untuk perjumpaan antara murid baru dengan teman sebaya, senior, guru, dan staf sekolah. Ini membangun jaringan sosial awal yang penting bagi adaptasi murid. Selain itu, aspek inklusivitas sangat ditekankan, memastikan bahwa semua murid, termasuk mereka yang memiliki kebutuhan khusus atau berasal dari latar belakang beragam, merasa diterima, dihargai, dan memiliki kesempatan yang sama untuk berpartisipasi dan berkembang. Tidak ada satu pun murid yang boleh merasa terasingkan atau berbeda.

7. Mengenalkan Lingkungan Satuan Pendidikan dan Lingkungan di Sekitar Satuan Pendidikan: Ini adalah elemen dasar dari setiap MPLS, namun dalam konteks MPLS Ramah, pengenalan ini harus dilakukan secara positif dan informatif. Pengenalan lingkungan satuan pendidikan meliputi fasilitas, tata letak, dan peraturan internal yang relevan. Sementara itu, pengenalan lingkungan di sekitar satuan pendidikan dapat berupa informasi tentang akses transportasi, fasilitas umum (puskesmas, tempat ibadah), atau bahkan potensi budaya/ekonomi lokal yang relevan. Tujuannya adalah agar murid tidak hanya mengenal “rumah” barunya, tetapi juga konteks yang lebih luas di mana sekolah itu berada.

Dengan mengimplementasikan aktivitas-aktivitas ini secara kreatif dan edukatif, MPLS Ramah diharapkan mampu menciptakan fondasi yang kuat bagi perjalanan pendidikan murid baru, menumbuhkan karakter yang kokoh, dan memastikan mereka merasa menjadi bagian dari komunitas belajar yang positif dan mendukung.

Implementasi dan Peran Pemerintah Daerah dalam MPLS Ramah

Keberhasilan MPLS Ramah tidak hanya bergantung pada inisiatif masing-masing satuan pendidikan, tetapi juga pada dukungan dan peran aktif dari pemerintah daerah. Surat Edaran Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Nomor 10 Tahun 2025 secara eksplisit menguraikan instruksi dan harapan kepada Gubernur serta Bupati/Walikota di seluruh Indonesia untuk memastikan implementasi yang efektif dan merata.

1. Instruksi Pelaksanaan MPLS Ramah Sesuai Ketentuan: Pemerintah daerah diimbau untuk menginstruksikan semua satuan pendidikan pada jenjang PAUD, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah di wilayah kewenangan mereka untuk melaksanakan kegiatan MPLS Ramah sesuai ketentuan yang telah ditetapkan. Ada dua poin krusial yang diinstruksikan: * MPLS Ramah dilakukan selama 5 (lima) hari, pada minggu pertama awal tahun pelajaran baru. Penetapan durasi dan waktu ini memberikan keseragaman dan kepastian bagi semua sekolah. Lima hari dianggap cukup untuk memperkenalkan lingkungan dan menanamkan nilai-nilai tanpa membebani siswa. Penempatannya di minggu pertama tahun ajaran baru sangat strategis, sebagai fase transisi awal. * Kegiatan MPLS Ramah diselenggarakan oleh kepala satuan pendidikan dan guru sesuai dengan Panduan Aktivitas MPLS Ramah sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari surat edaran ini. Ini menegaskan peran sentral kepala sekolah dan guru sebagai penanggung jawab utama. Adanya “Panduan Aktivitas MPLS Ramah” dalam lampiran surat edaran menunjukkan bahwa Kemendikbudristek telah menyediakan panduan operasional yang detail, sehingga sekolah tidak perlu meraba-raba dalam merancang aktivitas. Pemerintah daerah harus memastikan bahwa panduan ini tersosialisasi dengan baik.

2. Fasilitasi Pelaksanaan MPLS Ramah: Pemerintah daerah tidak hanya bertugas menginstruksikan, tetapi juga memfasilitasi setiap satuan pendidikan yang ada di wilayah kewenangan mereka untuk melaksanakan kegiatan MPLS Ramah. Fasilitasi ini bisa beragam bentuknya, mulai dari penyediaan materi sosialisasi, penyelenggaraan lokakarya atau pelatihan bagi guru dan kepala sekolah tentang konsep MPLS Ramah, hingga alokasi anggaran yang memadai jika diperlukan untuk mendukung kegiatan-kegiatan tertentu. Peran fasilitator ini sangat penting untuk menghilangkan hambatan-hambatan yang mungkin dihadapi sekolah, terutama di daerah-daerah yang sumber dayanya terbatas.

3. Sosialisasi dan Pelibatan Orang Tua/Wali: Poin ini menekankan pentingnya komunikasi yang efektif dan pelibatan keluarga. Pemerintah daerah harus memastikan setiap satuan pendidikan melakukan sosialisasi pelaksanaan MPLS Ramah kepada orang tua/wali calon murid baru. Sosialisasi ini bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada orang tua tentang tujuan, konsep, dan aktivitas MPLS Ramah, sehingga mereka tidak salah paham dan turut mendukung. Selain itu, pemerintah daerah juga harus menghimbau agar orang tua/wali mengantar calon murid baru pada hari pertama dan/atau selama MPLS sebagai bentuk keterlibatan keluarga. Kehadiran orang tua pada hari pertama dapat memberikan rasa aman dan nyaman bagi anak, sekaligus menunjukkan dukungan dari keluarga terhadap proses pendidikan. Ini adalah wujud dari partisipasi semesta dalam pendidikan, di mana keluarga menjadi mitra aktif sekolah.

4. Pemantauan dan Evaluasi Pelaksanaan: Untuk memastikan bahwa MPLS Ramah berjalan sesuai harapan, pemerintah daerah memiliki tugas untuk memantau dan mengevaluasi pelaksanaan kegiatan MPLS Ramah di setiap satuan pendidikan yang ada di wilayah kewenangan. Pemantauan ini bisa dilakukan melalui kunjungan langsung, pengumpulan laporan dari sekolah, atau survei kepuasan. Evaluasi akan membantu mengidentifikasi keberhasilan, tantangan, dan area yang memerlukan perbaikan untuk pelaksanaan di tahun-tahun mendatang. Pemantauan yang konsisten juga akan memberikan sinyal kepada sekolah bahwa inisiatif ini adalah prioritas dan harus dilaksanakan dengan serius.

5. Pelaporan Pelaksanaan Kegiatan: Terakhir, pemerintah daerah diminta untuk melaporkan pelaksanaan kegiatan pengenalan lingkungan satuan pendidikan yang ada di wilayah kewenangan kepada Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah melalui Balai/Balai Besar Penjaminan Mutu Pendidikan di setiap provinsi. Pelaporan ini penting untuk akuntabilitas dan pengambilan kebijakan di tingkat nasional. Data dari berbagai daerah akan memberikan gambaran komprehensif tentang implementasi MPLS Ramah di seluruh Indonesia, memungkinkan Kemendikbudristek untuk mengukur dampak, mengidentifikasi praktik terbaik, dan merumuskan kebijakan lanjutan yang lebih tepat sasaran.

Melalui instruksi, fasilitasi, sosialisasi, pemantauan, dan pelaporan yang terkoordinasi, pemerintah daerah memiliki peran kunci dalam mewujudkan visi MPLS Ramah. Ini adalah bukti bahwa pendidikan adalah tanggung jawab bersama, di mana sinergi antara pemerintah pusat, daerah, sekolah, dan keluarga menjadi penentu keberhasilan dalam mencetak generasi penerus bangsa yang unggul.

Urgensi dan Dampak MPLS Ramah terhadap Pembentukan Generasi

Konsep MPLS Ramah yang diusung oleh Surat Edaran Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Nomor 10 Tahun 2025 bukan sekadar perubahan prosedural, melainkan sebuah respons terhadap urgensi pembentukan karakter dan penyediaan lingkungan belajar yang adaptif di tengah dinamika zaman. Dampak implementasi MPLS Ramah ini diharapkan akan terasa signifikan, tidak hanya pada murid baru tetapi juga pada ekosistem pendidikan secara keseluruhan.

Urgensi Pembentukan Karakter di Era Digital

Di era digital yang serba cepat dan penuh informasi, tantangan terhadap pembentukan karakter generasi muda semakin kompleks. Isu-isu seperti judi online, penyalahgunaan NAPZA, dan minimnya keadaban digital menjadi ancaman nyata yang dapat mengikis potensi anak bangsa. MPLS Ramah secara proaktif memasukkan elemen-elemen pencegahan dan penanaman nilai sejak hari pertama masuk sekolah. Ini menunjukkan kesadaran bahwa pendidikan karakter tidak bisa ditunda atau dianggap sekunder. Murid perlu dibekali dengan fondasi moral dan etika yang kuat agar mampu menyaring informasi, berinteraksi secara sehat di dunia maya, dan membuat keputusan yang bertanggung jawab. Memperkenalkan budaya hidup sehat juga menjadi krusial di tengah gaya hidup modern yang cenderung sedentari. Dengan demikian, MPLS Ramah menjadi benteng awal yang membekali siswa dengan ‘imunitas’ karakter.

Membangun Lingkungan Belajar yang Aman, Nyaman, dan Inklusif

Salah satu masalah klasik dalam kegiatan pengenalan lingkungan sekolah di masa lalu adalah potensi terjadinya perundungan atau perpeloncoan. MPLS Ramah secara tegas menolak praktik-praktik semacam itu dan berfokus pada menciptakan lingkungan belajar yang aman, nyaman, dan menggembirakan. Keamanan psikologis adalah kunci agar siswa berani bertanya, bereksplorasi, dan merasa diterima. Kenyamanan fisik dan emosional akan memicu antusiasme belajar dan mengurangi kecemasan.

Aspek inklusivitas juga menjadi sorotan penting. MPLS Ramah harus menyediakan ruang perjumpaan bagi semua murid, tanpa memandang latar belakang sosial, ekonomi, fisik, atau kemampuan. Ini berarti aktivitas harus dirancang agar dapat diikuti oleh semua, dan setiap perbedaan dihargai sebagai kekayaan. Dengan lingkungan yang inklusif sejak hari pertama, siswa belajar tentang toleransi, empati, dan penghargaan terhadap keragaman, yang merupakan nilai-nilai fundamental dalam masyarakat majemuk Indonesia. Ini adalah upaya nyata untuk mewujudkan pendidikan yang setara bagi semua anak.

Memperkuat Partisipasi Semesta dalam Pendidikan

Surat edaran ini secara eksplisit menyebutkan “pelibatan partisipasi semesta” sebagai salah satu tujuan MPLS. Hal ini terlihat dari penekanan pada keterlibatan orang tua/wali untuk mengantar anak pada hari pertama dan selama MPLS. Keterlibatan keluarga bukan hanya simbolis, melainkan bentuk kolaborasi nyata antara rumah dan sekolah. Ketika orang tua aktif berpartisipasi, anak akan merasa lebih didukung dan nyaman, serta memahami bahwa pendidikan adalah tanggung jawab bersama. Ini juga membuka jalur komunikasi yang lebih baik antara sekolah dan keluarga, mempermudah koordinasi dalam mendukung perkembangan anak sepanjang tahun ajaran. Partisipasi semesta juga mencakup potensi kolaborasi dengan komunitas sekitar, tokoh masyarakat, atau lembaga lain yang dapat memperkaya pengalaman MPLS.

Dampak Jangka Panjang terhadap Profil Lulusan

MPLS Ramah yang efektif memiliki potensi dampak jangka panjang terhadap profil lulusan. Ketika fondasi karakter, kebiasaan positif, dan rasa aman ditanamkan sejak dini, murid akan tumbuh menjadi individu yang lebih resilient, beretika, dan berdaya saing. Pengenalan kurikulum yang bermakna dan lingkungan yang supportif akan memicu minat belajar dan eksplorasi. Penguatan melalui kegiatan kepanduan dan ekstrakurikuler akan membantu siswa menemukan passion dan mengembangkan keterampilan yang relevan dengan masa depan. Pada akhirnya, ini akan berkontribusi pada pencetakan generasi muda yang tidak hanya menguasai ilmu pengetahuan, tetapi juga memiliki integritas moral, keterampilan abad ke-21, dan kesiapan untuk berkontribusi positif bagi bangsa dan negara.

Dengan dimulainya MPLS Ramah pada tahun ajaran 2025/2026, diharapkan ini menjadi langkah awal yang kokoh menuju transformasi pendidikan di Indonesia, menghasilkan murid-murid yang hebat dalam segala aspek dan siap menghadapi tantangan global. Ini adalah investasi penting dalam modal sosial dan intelektual bangsa.

Kesimpulan

Surat Edaran Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Nomor 10 Tahun 2025 tentang Pelaksanaan Kegiatan Masa Pengenalan Lingkungan Satuan Pendidikan Ramah adalah tonggak penting dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia. Dengan fokus pada memuliakan murid, menghormati hak anak, dan penguatan karakter, MPLS Ramah dirancang untuk menciptakan pengalaman awal yang positif, bermakna, dan menggembirakan bagi setiap murid baru. Melalui beragam aktivitas edukatif, pencegahan masalah sosial, penanaman keadaban digital, serta pelibatan aktif orang tua dan dukungan penuh pemerintah daerah, inisiatif ini bertujuan membangun fondasi yang kokoh bagi lingkungan belajar yang aman, nyaman, dan inklusif. Pemberlakuan MPLS Ramah pada tahun ajaran 2025/2026 menjadi penanda komitmen untuk mencetak generasi penerus bangsa yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga berkarakter kuat, beretika, dan siap menghadapi tantangan masa depan dengan bekal yang komprehensif.

Dapatkan update terbaru seputar dunia pendidikan langsung dari ponsel Anda:

✅ Info terbaru Kurikulum Merdeka
✅ Format KKTP, Modul Ajar, ATP siap pakai
✅ Contoh administrasi guru lengkap
✅ Materi dan soal latihan untuk SD–SMA
✅ Tips dan berita pendidikan terpercaya

Semua bisa Anda akses gratis dan praktis lewat saluran WhatsApp kami. Jangan lewatkan informasi penting untuk guru, orang tua, dan siswa! 📲 Klik & bergabung sekarang untuk tidak ketinggalan info penting! — BERGABUNG SALURAN WHATSAPP Atau BERGABUNG SALURAN TELEGRAM Info Pendidikan