Pedoman Lengkap Lomba Berpidato (Sesorah) FTBI 2025: Kunci Tampil Memukau dengan Bahasa Jawa Krama

Pedoman Lengkap Lomba Berpidato (Sesorah) FTBI 2025: Kunci Tampil Memukau dengan Bahasa Jawa Krama – Salam budaya, salam literasi! – Di tengah semaraknya Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI) 2025, salah satu mata lomba yang paling dinanti adalah Lomba Berpidato atau Sesorah. Lomba ini bukan sekadar menguji keberanian siswa untuk berbicara di depan umum, melainkan juga mengukur kemahiran mereka dalam menggunakan bahasa Jawa krama secara efektif dan komunikatif. Berpidato dalam bahasa Jawa adalah seni yang memadukan penguasaan bahasa, tata krama, dan kemampuan retorika.

Bagi para peserta dari jenjang SD dan SMP di Jawa Tengah, panggung sesorah adalah kesempatan emas untuk menunjukkan bakat dan kecintaan mereka terhadap warisan budaya. Namun, untuk bisa tampil memukau dan meraih nilai terbaik, tidak cukup hanya dengan berani berbicara. Diperlukan pemahaman yang mendalam tentang setiap detail petunjuk teknis yang telah ditetapkan oleh panitia. Dari pemilihan tema, durasi waktu, hingga kriteria penilaian, setiap poin memiliki bobot penting yang akan menentukan hasil akhir.

Artikel ini akan mengupas tuntas semua aspek krusial dari petunjuk teknis lomba sesorah FTBI 2025. Kami akan membedah setiap aturan, memberikan interpretasi, dan menyajikan tips praktis agar Anda bisa mempersiapkan diri dengan optimal. Tujuan kami adalah agar setiap peserta, guru pembimbing, dan orang tua dapat memiliki panduan yang jelas dan terarah, sehingga tidak ada lagi keraguan dalam melangkah menuju panggung kehormatan FTBI 2025. Mari kita mulai bedah panduan ini.

Memilih Tema dan Menyusun Materi Pidato: Langkah Awal yang Krusial

Langkah pertama dalam mempersiapkan diri untuk lomba sesorah adalah memilih tema dan menyusun materi pidato yang relevan. Panitia FTBI 2025 telah menyediakan daftar tema yang spesifik dan harus diikuti oleh peserta sesuai jenjang pendidikan mereka.

Tema untuk Jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP):

Peserta SMP diberikan tiga pilihan tema yang berfokus pada isu-isu sosial dan pengembangan diri yang relevan dengan usia mereka:

  • Pakulinan urip sehat sakjroning kulawarga: Tema ini mengajak peserta untuk berbicara tentang kebiasaan hidup sehat di lingkungan keluarga. Isi pidato bisa mencakup pentingnya olahraga, pola makan seimbang, kebersihan diri, dan peran keluarga dalam menciptakan gaya hidup sehat.
  • Pakulinan maca kanggo njembarake kawruh: Tema ini mendorong peserta untuk menyampaikan urgensi membaca sebagai sarana untuk memperluas pengetahuan. Pidato dapat membahas manfaat membaca, cara menumbuhkan minat baca, dan peran buku dalam membentuk wawasan.
  • Amemangun karukunan sakjroning masarakat: Tema ini berfokus pada pentingnya membangun kerukunan di tengah masyarakat. Peserta dapat berbicara tentang toleransi, gotong royong, menghargai perbedaan, dan peran pemuda dalam menjaga harmoni sosial.

Tema untuk Jenjang Sekolah Dasar (SD):

Peserta SD juga memiliki tiga pilihan tema yang lebih sederhana dan dekat dengan kehidupan sehari-hari mereka:

  • Ngulinakake urip sehat ing padinan: Mirip dengan tema SMP, namun dengan pendekatan yang lebih lugas, tema ini mengajak peserta untuk berbagi tips dan pentingnya kebiasaan hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari, seperti mencuci tangan, makan sayur, dan istirahat yang cukup.
  • Ngulinakake maca kanggo ngundhakake kawruh: Tema ini mendorong peserta untuk menjelaskan bagaimana kebiasaan membaca dapat meningkatkan pengetahuan. Mereka bisa bercerita tentang buku favorit atau pengalaman seru dari membaca.
  • Tepa slira sarana nggayuh katentreman: Tema ini mengajarkan tentang sikap tenggang rasa sebagai cara untuk meraih ketenteraman. Peserta dapat menyampaikan pentingnya berbagi, tidak egois, dan menghormati teman-teman di sekolah maupun di rumah.

Setiap peserta wajib memilih salah satu tema sesuai dengan jenjangnya. Pemilihan tema harus dilakukan dengan cermat, pilihlah tema yang paling dikuasai dan paling menginspirasi agar isi pidato bisa disampaikan dengan penuh penghayatan.

Aturan Utama Materi Pidato: Orisinalitas dan Konten Positif

Setelah memilih tema, fokus selanjutnya adalah menyusun materi pidato. Panitia menetapkan beberapa aturan ketat terkait isi pidato untuk memastikan kualitas dan integritas lomba:

  1. Isi Pidato Tidak Mengandung Unsur Negatif: Pidato yang disampaikan tidak boleh mengandung unsur kebencian SARA, pornografi, dan perundungan. Ini adalah aturan etika dasar yang harus dipatuhi untuk menjaga suasana kompetisi tetap positif dan edukatif.
  2. Materi Orisinal dan Bebas Plagiasi: Naskah pidato harus merupakan karya orisinal peserta, tidak boleh ada unsur plagiasi atau mengambil dari internet maupun kecerdasan buatan (AI). Peserta wajib mengirimkan naskah pidato melalui tautan pendaftaran sebagai bagian dari proses verifikasi.
  3. Penggunaan Bahasa Jawa Krama: Pidato harus disampaikan menggunakan bahasa Jawa krama. Ini adalah poin penting yang membedakan lomba sesorah dengan pidato biasa. Penggunaan bahasa krama menunjukkan tata krama dan rasa hormat kepada audiens.

Kunci Sukses Penyampaian: Teknik, Unggah-Ungguh, dan Durasi

Lomba berpidato bukan sekadar naskah yang bagus, tetapi juga tentang bagaimana naskah tersebut disampaikan di atas panggung. Panitia telah menetapkan aturan teknis yang harus diperhatikan oleh setiap peserta.

Aturan Teknis Penyampaian Pidato:

  • Berpidato Langsung Tanpa Membaca Teks: Peserta akan berpidato secara langsung di depan juri dan audiens menggunakan pelantang (mikrofon). Peserta tidak boleh membaca teks atau naskah pidato. Hal ini menguji kemampuan peserta dalam menghafal, menguasai materi, dan berimprovisasi.
  • Durasi Penampilan: Durasi adalah salah satu kriteria penting yang akan memengaruhi penilaian.
    • Jenjang SMP: Durasi minimal 5 menit dan maksimal 7 menit.
    • Jenjang SD: Durasi minimal 4 menit dan maksimal 6 menit.
  • Sanksi Kelebihan Waktu: Panitia akan memberlakukan sanksi jika peserta melebihi batas waktu yang telah ditentukan. Kelebihan waktu tampil akan mengurangi bobot penilaian. Ini mengajarkan peserta tentang pentingnya manajemen waktu dan efektivitas dalam menyampaikan pesan.
  • Busana Bebas Rapi dan Sopan: Peserta disarankan untuk berpakaian tradisional, namun ini bukan kriteria penilaian. Peserta diperbolehkan mengenakan pakaian bebas rapi dan sopan. Aturan ini memberikan fleksibilitas, namun tetap mengedepankan etika berbusana.
  • Nomor Undi dan Tanpa Identitas Diri: Peserta hanya diperbolehkan menyebutkan nomor undi pada saat tampil. Ini adalah prosedur standar untuk menjaga objektivitas penilaian, di mana juri hanya fokus pada performa peserta tanpa mengetahui identitas asal sekolah atau daerahnya.
  • Aturan Keterlambatan: Jika peserta dipanggil hingga tiga kali berturut-turut dan tidak hadir, mereka masih diizinkan tampil di akhir sesi lomba. Ini adalah bentuk toleransi panitia agar setiap peserta memiliki kesempatan untuk tampil.
  • Satu Babak Tanpa Babak Final: Lomba sesorah dilaksanakan dalam satu babak. Artinya, tidak ada babak final. Pemenang akan langsung ditentukan berdasarkan hasil penilaian di babak tersebut.

Kriteria Penilaian: Membedah Bobot Nilai untuk Raih Prestasi

Untuk meraih gelar juara, peserta harus memahami dengan baik kriteria penilaian yang akan digunakan oleh dewan juri. Total bobot penilaian adalah 100%, yang terbagi menjadi empat aspek utama.

  1. Kesesuaian Isi Pidato dengan Tema dan Komposisi (Bobot 40%)
    • Ini adalah kriteria dengan bobot paling tinggi, menunjukkan bahwa esensi pidato adalah isinya. Juri akan menilai:
      • Relevansi: Seberapa sesuai isi pidato dengan tema yang dipilih.
      • Struktur: Apakah pidato memiliki struktur yang logis, mulai dari pembukaan, isi, hingga penutup yang kuat.
      • Kedalaman Materi: Seberapa jauh peserta mampu mengembangkan tema dengan ide-ide yang mendalam dan informatif.
  2. Intonasi (Pelafalan, Aksentuasi, Jeda, dan Tempo) (Bobot 20%)
    • Kriteria ini berfokus pada teknik vokal dan cara penyampaian. Juri akan menilai:
      • Pelafalan: Kejelasan dan ketepatan pengucapan kata-kata dalam bahasa Jawa krama.
      • Aksentuasi: Penekanan kata yang tepat untuk memberikan makna dan penjiwaan.
      • Jeda (Pedhotan): Penggunaan jeda yang efektif untuk mengatur napas dan memberikan penekanan pada poin-poin penting.
      • Tempo: Kecepatan berbicara yang bervariasi, tidak monoton, dan sesuai dengan isi pidato.
  3. Unggah-Ungguh Basa (Bobot 20%)
    • Kriteria ini sangat spesifik dan menjadi inti dari lomba sesorah berbahasa Jawa. Juri akan menilai tata krama dan kesantunan berbahasa yang digunakan peserta. Ini mencakup:
      • Pemilihan Diksi Krama: Penggunaan kosakata krama yang tepat dan sesuai dengan konteks.
      • Struktur Kalimat: Penyusunan kalimat yang santun dan halus sesuai kaidah bahasa Jawa krama.
      • Etika Berbicara: Kesantunan dalam berbicara, baik dari segi bahasa maupun sikap.
  4. Ekspresi/Penjiwaan dan Penampilan (Subasita) (Bobot 20%)
    • Kriteria ini menilai aspek non-verbal dan penghayatan peserta. Juri akan menilai:
      • Ekspresi Wajah: Kesesuaian ekspresi wajah dengan isi pidato.
      • Gestur dan Sikap (Subasita): Gerak tubuh yang natural dan mendukung, serta sikap yang sopan, tenang, dan berwibawa di atas panggung.
      • Penjiwaan: Seberapa dalam peserta menghayati dan merasakan materi pidato yang disampaikan.

Dengan membedah setiap kriteria ini, menjadi jelas bahwa kesuksesan di lomba sesorah FTBI 2025 adalah hasil dari perpaduan antara materi yang kuat (40%), teknik vokal yang baik (20%), etika berbahasa yang santun (20%), dan performa panggung yang meyakinkan (20%). Peserta yang mampu menyeimbangkan keempat aspek ini akan memiliki peluang besar untuk keluar sebagai juara.

Kesimpulan

Lomba berpidato (Sesorah) dalam Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI) 2025 merupakan ajang yang tidak hanya menguji kemampuan retorika, tetapi juga kecintaan dan penguasaan peserta terhadap bahasa dan budaya Jawa. Setelah meninjau seluruh petunjuk teknis, dapat disimpulkan bahwa kunci untuk meraih prestasi tertinggi terletak pada persiapan yang holistik dan terperinci. Pertama, pemilihan tema yang sesuai dan penyusunan naskah pidato yang orisinal, bebas plagiasi, serta tidak mengandung unsur negatif adalah fondasi utama. Kedua, penguasaan teknis penyampaian, terutama dalam menggunakan bahasa Jawa krama secara komunikatif tanpa membaca teks, menjadi tantangan krusial yang harus dilatih. Terakhir, pemahaman mendalam terhadap kriteria penilaian dengan bobot masing-masing isi pidato (40%), intonasi (20%), unggah-ungguh basa (20%), serta ekspresi dan penampilan (20%) akan menjadi peta jalan yang efektif bagi peserta dan pembimbing. Dengan mengikuti pedoman ini secara cermat, diharapkan setiap peserta dapat tampil dengan percaya diri, menyampaikan pesan dengan lugas dan santun, serta pada akhirnya, ikut serta dalam melestarikan bahasa Jawa sebagai warisan budaya tak ternilai.

🚨 PENTING! JUKNIS Lomba Berpidato FTBI 2025 Sudah Rilis! 🚨

Punya bakat berpidato? Ini poin krusial untuk juara lomba Sesorah di FTBI 2025:

  1. Pilih salah satu dari 3 tema sesuai jenjangmu.
  2. Pidato wajib pakai Bahasa Jawa Krama, tidak boleh membaca teks!
  3. Durasi tampil 5-7 menit (SMP) dan 4-6 menit (SD). Hati-hati jangan kelebihan waktu.
  4. Penilaian fokus pada isi (40%), intonasi (20%), unggah-ungguh (20%), dan ekspresi (20%).

Pelajari panduan lengkapnya & siapkan dirimu sekarang!

Gabung di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaoZFfj1Hspp1XrPnP3q

Yuk, gabung Channel Telegram INFO Pendidikan untuk info lomba, beasiswa, dan tips belajar lainnya!

Gabung di sini: https://t.me/Infopendidikannew

Scroll to Top