Membandingkan Karakterisasi dan Plot Bacaan TARIAN PENA, Bahasa Indonesia Kelas X

Kegiatan 2 Membandingkan Karakterisasi dan Plot Bacaan TARIAN PENA, Buku Siswa Bahasa Indonesia Kelas X SMP Halaman 63 – 67 Kurikulum Merdeka – Pada Kegiatan 2 ini, kita akan membahas mengenai perbandingan karakterisasi dan plot antara hikayat dan cerpen. Dalam pembahasan ini, kita akan melihat bagaimana kedua jenis cerita ini memiliki perbedaan yang signifikan dalam cara menggambarkan karakter tokoh serta mengembangkan alur cerita.

Karakterisasi menjadi salah satu aspek penting dalam sebuah cerita. Dalam hikayat, karakterisasi tokoh cenderung terfokus pada latar belakang sosial dan sifat-sifat yang terkait dengan status dalam kerajaan. Tokoh-tokoh dalam hikayat sering kali berasal dari keluarga kerajaan atau orang-orang terdekat dengan kerajaan, dengan kemampuan yang luar biasa dan seringkali dikaitkan dengan hal-hal yang magis atau supernatural. Di sisi lain, dalam cerpen, karakterisasi tokoh lebih variatif, menggambarkan karakter dari berbagai latar belakang dan sifat yang beragam, tidak terbatas hanya pada kalangan kerajaan.

Selain karakterisasi, plot atau alur cerita juga memiliki perbedaan yang mencolok antara hikayat dan cerpen. Hikayat umumnya memiliki alur yang kompleks dengan penggunaan alur berbingkai. Dalam satu cerita utama, terdapat cerita-cerita lain yang saling terkait. Misalnya, dalam Hikayat Bayan Bijaksana, cerita antara Bayan dan Istri Zainab dihubungkan dengan cerita tentang anak cerpelai. Sebaliknya, cerpen memiliki variasi alur yang lebih beragam, seperti alur maju, mundur, melingkar, atau non-linier, tergantung pada kreativitas penulisnya.

Melalui pembahasan ini, kita akan dapat memahami perbedaan karakterisasi tokoh dan plot antara hikayat dan cerpen. Dengan pemahaman ini, kita dapat menghargai keunikan masing-masing jenis cerita dan meningkatkan apresiasi terhadap keberagaman sastra Indonesia.

Kegiatan 2 Membandingkan Karakterisasi dan Plot Bacaan TARIAN PENA

Membandingkan Karakterisasi dan Plot Bacaan TARIAN PENA, Bahasa Indonesia Kelas X

Kali ini kalian akan belajar membandingkan karakterisasi dan plot pada hikayat dan cerpen. Sebelumnya, bacalah cerpen Tarian Pena berikut. Lalu, bandingkanlah karakterisasi dan plot antara cerita Hikayat Sa-ijaan dan Ikan Todak, Hikayat si Miskin, dan cerpen Tarian Pena. Gunakanlah pertanyaan-pertanyaan berikut sebagai pemantik.

1. Bagaimana latar belakang tokoh memengaruhi cerita?
2. Sudut pandang apa yang digunakan oleh penulis dalam menyampaikan cerita?
3. Bagaimana alur dibangun dalam cerita?

TARIAN PENA

Virginia C.C. Pomantow

Di bawah terik matahari aku menyusuri jalan kampung yang tampak tak berpenghuni. Samar-samar nyanyian tonggeret terdengar di sampingku. Bagai melodi yang tak tertata, sekali lagi aku mendengarnya. Sesampai dalam “istana tuaku”, terlihat seorang perempuan tua yang menyambutku dengan hangat. Nasi yang berselimut lauk-pauk tersedia dengan manis di meja makan. Setelah itu, aku masuk ke dalam ruang yang mengetahui setiap gerak-gerikku. Aku mulai memegang pena dan menggoreskannya di atas lembaran putih. Kutuang semua rasa yang bergejolak dalam hatiku.

Tiba-tiba langit mulai gelap. Kuterlelap dalam buaian dingin yang kalap, bermimpi seorang pangeran gagah datang dengan kereta emas menjemputku dan merangkulku.

Pagi cerah menanti sosok pelajar dari ibu pertiwi. Aku berdiri di lantai dua sekolah menanti kawan yang menyapa dengan senyuman. Kutatap pohon dan tanaman yang asri dan tersusun pula dengan rapi. Angin menyambar wajahku.

“Fuuuuuuuuuu….”

Seketika aku merasa tersengat dan memiliki semangat yang tak kunjung pudar. Di halaman sekolah para siswa bermain basket dengan lihai dan sebagian siswi berbincang-bincang dengan santai. Aku senang sekali menuangkan semua yang kulihat dalam sebuah tulisan, baik itu puisi maupun diary, hanya dengan kata yang mudah dipahami dan makna yang tersirat dengan sentuhan rasa kasih. Sungguh, aku tak ingin orang banyak mengetahui apa yang tersirat dalam catatanku.

Waktu berjalan begitu cepat menyongsong matahari yang mengingini senja. Besi kuning mulai menjerit. “Teng, teng, teng.” Waktunya pulang ke “istanaku”.

Seperti biasa, setibaku di istana tuaku, perempuan tua menyambutku dengan hangat. Terlihat nasi yang berselendangkan lauk-pauk, membekaskan lezat pada lidahku. Tak tahu mengapa, saat itu aku mengucapkan terima kasih pada perempuan tua itu. Aku pun masuk ke dalam ruang yang mengetahui gerak-gerikku dengan mengajak pena menari di atas lembaran putih. Kali ini, terpikirkan olehku sosok perempuan tua yang selalu terbayang di benakku.

Susunan kalimat pun sudah selesai.

“Aryo!” teriakku kepada lelaki yang belum pernah kudapati.

Ketika aku membuka mata, Aryo sudah berada di depanku. Seketika pipiku mulai memerah dan bibirku menjadi sedikit kaku.

“Apakah ini mimpi. Ini masih terlalu dini. Lagipula, aku masih terlalu muda!” teriakku dalam hati.

Air dingin pun jatuh membasahi wajahku. Perlahan aku membuka mata dan mendapati ibuku memegang gayung air dari kamar mandi.

“Ibu, mengapa Ibu menyiram air ke wajahku?” tanyaku.

“Kamu tidur seperti kerbau,” canda ibu. Keesokan harinya, pagi-pagi buta, perempuan tua menyodorkan susu yang berbalut sediri kopi. Terasa lengkap akhir pekan ini. Kuintip dia dari balik lembaran kain yang tergantung di bawah ventilasi, dia di sana. Perempuan tua itu duduk di sebuah kayu berlapis kapuk yang membatu. Aku sedikit tersenyum manis.

“Hemmm….” Wajahnya tampak di bawah naungan yang diharapkan selalu terjadi dan berharap waktu terus begini.

“Ibu telah meninggal” kata seseorang yang menyapaku dengan tepukan di bahu kanan. Aku terdiam dan tak dapat berbuat apa pun, selain menangis bak orang gila.

“Aaah…. Hee…. Tidak! Tidak! Ibuku tidak akan meninggalkanku,” jeritan keras yang tak pernah kuteriakkan sepanjang hidupku.

Seketika aku tersadar dari lamunku. ‘Uhh, untung saja itu hanya sebuah khayalan baru yang terlintas di kepalaku,’ kesalku.

Pada sore hari menjelang bulan naik perlahan menggantikan surya, perempuan itu pulang dengan letihnya. Wajah lesu, tangan yang lemas, dan kaki yang perlahan membeku. Kulihat dari seberang utara ruang tamu. Aku melangkahkan kaki dengan pasti dan memeluk tubuh perempuan tua itu, walau peluhnya pun menempel di bajuku.

“Bu, maafkan aku. Aku tidak akan membuatmu kesal dan capek,” tangisku yang tersedu dalam sesal.

“Eh, ada apa, sih, kamu ini tiba-tiba memeluk Ibu. Minta maaf pula. Tumben-tumbenan,” kata ibu dengan bingung.

Kemudian, aku pergi ke ruang yang mengetahui gerakgerikku. Kuhanyut dalam renungan pada malam sepi ini, merasakan dua hati yang saling melukai, antara sesal dan sedih. Dua rasa yang sejenis, tetapi memiliki arti masing-masing yang sangat mendalam. Sekali lagi aku menorehkan pena di hadapan lembaran kertas putih. Lilin kecil yang memercikkan api jingga menemaniku saat itu. Bersama itu, aku berdiam diri sambil menulis sebuah kisahku hari itu. Perlahan aku memejamkan mata dan bunyi rekaman lama terdengar.

Aku terbangun dan keluar dari ruang yang mengetahui gerakgerikku. Aku terkejut melihat banyak orang mengerumuni kamar perempuan tua itu. Kupandangi arah kamar perempuan tua itu. Lututku terjatuh perlaham menghampiri lantai. Aku tak dapat berbicara, tanganku dingin bak es yang keluar dari freezer.

“Ibu!” teriakku sekuat tenaga sambil meratapi malangnya nasibku. Perempuan tua tak dapat mengatakan apa pun, hanya terdiam, membeku, dan tergeletak, tinggal menunggu untuk dikebumikan. Aku hanya menangis, menangis tak karuan.

Sekarang hari-hariku dipenuhi sesal yang tak berarti. Berangkat ke sekolah dengan seragam kumuh, tidak pula membuat sarapan karena malas dan resah, serta serintih harapan tak dapat kuadu. Masa tersulit pun kualami. Merajut asa tanpa sosok ibu di sisiku. Rindu tak terbalaskan. Bak pungguk merindukan bulan.

“Ibu, aku rindu. Aku ingin Ibu masih bersamaku. Aku tak ingin semua ini terjadi. Aku lelah dengan semua kejadian ini!” jeritku kepada perempuan tua itu.

“Tamat. Sekarang sudah larut malam. Sebaiknya cepat tidur. Selamat malam, Putriku,” kata ibuku sambil mencium keningku.

“Selamat malam juga, Ibu,” jawabku sambil menarik selimut mungil dan terlelap pada malam itu dengan embusan angin yang menyapa dengan dingin.

(Sumber: Di Sini Rinduku Tuntas; Antologi Cerita Pendek Bengkel Sastra 2019 Balai Bahasa Sulawesi Utara, 2019)

Bandingkanlah karakterisasi dan plot antara cerita Hikayat Sa-ijaan dan Ikan Todak, Hikayat si Miskin, dan cerpen Tarian Pena. Gunakanlah pertanyaan-pertanyaan berikut sebagai pemantik.

1. Bagaimana latar belakang tokoh memengaruhi cerita?

Jawaban:

Latar belakang tokoh memengaruhi cerita dengan cara memberikan konteks dan motivasi bagi tokoh-tokoh dalam menjalani perjalanan mereka. Dalam “Hikayat Sa-ijaan dan Ikan Todak”, latar belakang tokoh utama, Datu Mabrur, sebagai seorang pertapa yang bertapa di tengah laut memberikan alasan mengapa ia memohon sebuah pulau untuk anak-cucu dan keturunannya. Latar belakang ini memberikan landasan bagi konflik dan tujuan dalam cerita. Sementara itu, dalam “Hikayat si Miskin”, latar belakang tokoh utama, si Miskin, sebagai seorang yang terlantar dan dikucilkan oleh masyarakat, membentuk situasi yang sulit baginya. Hal ini mempengaruhi konflik dan perjalanan hidupnya. Dalam cerpen “Tarian Pena”, latar belakang tokoh utama, seorang perempuan tua, memberikan dimensi emosional dan hubungan keluarga yang penting dalam cerita.

2. Sudut pandang apa yang digunakan oleh penulis dalam menyampaikan cerita?

Jawaban:

Dalam “Hikayat Sa-ijaan dan Ikan Todak” dan “Hikayat si Miskin”, sudut pandang yang digunakan adalah sudut pandang orang ketiga. Cerita-cerita tersebut disampaikan dari luar, mengamati dan menggambarkan peristiwa dan tindakan tokoh-tokoh. Dalam “Tarian Pena”, sudut pandang yang digunakan adalah sudut pandang orang pertama. Cerita disampaikan melalui pikiran dan perasaan tokoh utama, memberikan wawasan langsung ke dalam kehidupannya.

3. Bagaimana alur dibangun dalam cerita?

Jawaban:

Alur dalam “Hikayat Sa-ijaan dan Ikan Todak” dibangun dengan memperkenalkan tokoh utama, Datu Mabrur, yang bertapa di tengah laut dan kemudian bertemu dengan Raja Ikan Todak. Konflik muncul ketika ikan todak menyerang Datu Mabrur, tetapi mereka kemudian berdamai dan bekerja sama untuk menciptakan sebuah pulau. Alur ini menunjukkan perjalanan tokoh utama dari pertapaan hingga terwujudnya impian dan tujuan hidupnya. Dalam “Hikayat si Miskin”, alur dibangun dengan menggambarkan kehidupan si Miskin yang terlantar dan dikucilkan, kemudian dia mengalami perubahan saat istrinya hamil. Konflik muncul ketika mereka menghadapi kesulitan, tetapi akhirnya mereka mendapatkan keberuntungan dan kebahagiaan. Dalam “Tarian Pena”, alur dibangun melalui pemantik awal mimpi tokoh utama dan melalui pertemuan dengan perempuan tua. Konflik internal tokoh utama terungkap dan cerita berfokus pada perasaan dan perjalanan emosionalnya.

Bandingkanlah hasil analisis kalian dengan pembahasan berikut agar dapat memahami perbedaan hikayat dengan cerpen!

Meskipun hikayat dan cerpen sama-sama merupakan cerita naratif berupa fiksi, ada perbedaan antara keduanya. Hal tersebut terjadi karena perbedaan kondisi sosial dan budaya pada saat cerita tersebut dibuat. Hikayat yang dibuat pada masa kerajaan tidak dapat lepas dari nuansa istana, baik pada tokohnya maupun setting cerita.

Tokoh pada hikayat cenderung berlatar belakang keluarga kerajaan atau orang-orang di sekitarnya. Keluarga kerajaan dikenal dengan orang-orang yang sakti hingga sering diceritakan dapat melakukan hal-hal yang tidak wajar. Bahkan, para tokoh tidak hanya diambil dari kerajaan yang ada di bumi, tetapi juga kerajaan kayangan. Perbedaan kasta di setiap golongan masyarakat muncul sangat jelas pada cerita. Hal ini sangat berbeda dengan cerpen yang lebih variatif mengambil tokoh dalam cerita.

Hal tersebut sangat berpengaruh pada konflik yang muncul dalam cerita. Konflik yang biasa muncul tidak lepas dari perselisihan antar-kerajaan dan golongan. Penyelesaian konflik pun tidak jauh dari peperangan dan penggunaan kekuatan ajaib yang berakhir bahagia. Pada cerpen karena karakter dan latar belakang yang begitu beragam mengakibatkan konflik dan cara penyelesaiannya pun beragam.

Sebagai cerita yang lebih panjang dibandingkan cerpen, hikayat memiliki alur lebih kompleks. Hikayat memiliki alur berbingkai yang pada sebuah ceritanya berisi cerita lain. Pada Hikayat Bayan Bijaksana, di samping menceritakan percakapan antara Bayan dan Istri Zainab, terdapat pula cerita lain. Contohnya cerita tentang anak cerpelai, seperti yang terdapat pada kutipan hikayat berikut.

Cerita bayan itu ialah mengenai seekor bayan yang mempunyai tiga ekor anak yang masih kecil. Ibu bayan itu menasihatkan anak-anaknya supaya jangan berkawan dengan anak cerpelai yang tinggal berhampiran. Ibu bayan telah bercerita kepada anak-anaknya tentang seekor anak kera yang bersahabat dengan seorang anak saudagar.

Alur yang digunakan pada hikayat adalah alur maju. Berbeda dengan cerpen yang memiliki alur lebih variatif.

Contoh Hasil Perbandingan

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan perbedaan karakterisasi tokoh dan plot antara hasil analisis sebelumnya dan penjelasan berikut adalah sebagai berikut:

  1. Karakterisasi Tokoh:
    • Dalam analisis sebelumnya, karakterisasi tokoh dalam “Hikayat Sa-ijaan dan Ikan Todak” berfokus pada tokoh utama, Datu Mabrur, dan Raja Ikan Todak. Mereka memiliki sifat-sifat yang kuat dan memiliki peran penting dalam cerita.
    • Dalam penjelasan di atas, karakterisasi tokoh dalam hikayat secara umum cenderung melibatkan tokoh-tokoh dengan latar belakang keluarga kerajaan atau golongan tinggi. Mereka sering kali memiliki kekuatan ajaib dan berperan dalam konflik dan penyelesaian yang spektakuler.
  2. Plot:
    • Dalam analisis sebelumnya, plot “Hikayat Sa-ijaan dan Ikan Todak” berkisar pada pertapaan Datu Mabrur, serangan ikan todak, pertemuan dan perjanjian dengan Raja Ikan Todak, serta terwujudnya pulau yang diinginkan oleh Datu Mabrur.
    • Dalam penjelasan di atas, plot hikayat secara umum ditandai dengan konflik dan penyelesaian yang melibatkan perselisihan antar-kerajaan atau golongan. Penyelesaian konflik seringkali melibatkan peperangan dan penggunaan kekuatan ajaib, yang berakhir dengan kebahagiaan.

Dengan demikian, perbedaan karakterisasi tokoh dan plot antara hasil analisis sebelumnya dan penjelasan di atas menggarisbawahi karakteristik umum hikayat sebagai cerita epik yang berfokus pada tokoh-tokoh dengan latar belakang kerajaan atau golongan tinggi, serta plot yang melibatkan konflik dan penyelesaian yang spektakuler. Sedangkan cerpen cenderung memiliki variasi yang lebih luas dalam karakterisasi tokoh dan plotnya.

Sudut pandang penceritaan pun berbeda antara hikayat dan cerpen. Hikayat menggunakan sudut pandang orang ketiga, orang yang menceritakan. Adapun cerpen menggunakan sudut pandang yang beragam. Sekarang, buatlah kesimpulan mengenai perbedaan karakterisasi tokoh dan plot hasil analisis kalian dengan penjelasan di atas.

Kesimpulan

Berdasarkan penjelasan bahwa hikayat menggunakan sudut pandang orang ketiga, sedangkan cerpen menggunakan sudut pandang yang beragam, dapat disimpulkan perbedaan karakterisasi tokoh dan plot antara hasil analisis sebelumnya dan penjelasan di atas adalah sebagai berikut:

Karakterisasi Tokoh:

  • Dalam analisis sebelumnya, karakterisasi tokoh dalam “Hikayat Sa-ijaan dan Ikan Todak” terlihat dari dialog dan tindakan tokoh utama, Datu Mabrur, dan Raja Ikan Todak. Informasi mengenai sifat dan latar belakang tokoh tidak terlalu mendalam.
  • Dalam penjelasan di atas, karakterisasi tokoh dalam hikayat secara umum cenderung lebih terfokus pada latar belakang dan sifat-sifat tokoh, terutama tokoh-tokoh dengan latar belakang kerajaan atau golongan tinggi.

Plot:

  • Dalam analisis sebelumnya, plot “Hikayat Sa-ijaan dan Ikan Todak” terlihat dari urutan peristiwa yang terjadi, seperti pertapaan Datu Mabrur, serangan ikan todak, dan terwujudnya pulau yang diinginkan.
  • Dalam penjelasan di atas, plot hikayat secara umum ditandai oleh konflik dan penyelesaian yang melibatkan perselisihan antar-kerajaan atau golongan.

Dengan demikian, kesimpulan mengenai perbedaan karakterisasi tokoh dan plot hasil analisis sebelumnya dan penjelasan di atas adalah bahwa dalam analisis sebelumnya fokus lebih pada urutan peristiwa dan aksi tokoh tanpa menyajikan detail yang mendalam, sementara penjelasan menggambarkan karakterisasi tokoh yang lebih mendalam dan plot yang melibatkan konflik yang lebih kompleks.

Perbedaan sudut pandang penceritaan antara hikayat (sudut pandang orang ketiga) dan cerpen (sudut pandang yang beragam) juga menekankan perbedaan dalam cara penyampaian cerita. Hikayat umumnya memberikan pandangan objektif terhadap peristiwa dan karakter, sedangkan cerpen memiliki kebebasan untuk mengadopsi sudut pandang yang berbeda-beda, termasuk sudut pandang orang pertama atau sudut pandang tokoh tertentu.

Dengan demikian, perbedaan tersebut menunjukkan perbedaan gaya penceritaan dan pendekatan dalam karakterisasi tokoh dan plot antara hikayat dan cerpen.

Pertanyaan dan Jawaban

Apa perbedaan karakterisasi tokoh dalam hikayat dan cerpen?

Perbedaan karakterisasi tokoh antara hikayat dan cerpen terletak pada kedalaman dan fokus penggambaran. Hikayat cenderung menggambarkan karakter tokoh dengan fokus pada latar belakang dan sifat-sifat yang terkait dengan status sosial atau posisi dalam kerajaan. Sementara itu, cerpen memiliki kebebasan untuk menggambarkan karakter tokoh dengan lebih variatif, termasuk dari berbagai latar belakang dan sifat yang beragam.

Bagaimana perbedaan alur antara hikayat dan cerpen?

Perbedaan alur antara hikayat dan cerpen terletak pada kompleksitas dan struktur alur. Hikayat cenderung memiliki alur yang lebih kompleks dengan menggunakan alur berbingkai, di mana terdapat cerita-cerita lain yang terkait dalam satu cerita utama. Sementara itu, cerpen memiliki variasi alur yang lebih beragam, mulai dari alur maju, mundur, melingkar, atau non-linier.

Apakah sudut pandang penceritaan dalam hikayat dan cerpen berbeda?

Ya, sudut pandang penceritaan dalam hikayat dan cerpen berbeda. Hikayat umumnya menggunakan sudut pandang orang ketiga, di mana cerita diceritakan oleh pencerita yang berada di luar cerita. Sementara itu, cerpen memiliki kebebasan untuk menggunakan sudut pandang yang beragam, termasuk sudut pandang orang pertama atau sudut pandang tokoh tertentu.

Apa yang menjadi ciri khas konflik dalam hikayat?

Konflik dalam hikayat cenderung berkaitan dengan perselisihan antar-kerajaan, golongan, atau perbedaan status sosial. Konflik tersebut sering kali melibatkan aksi-aksi peperangan dan penggunaan kekuatan ajaib. Penyelesaian konflik dalam hikayat juga cenderung berakhir dengan kebahagiaan, sering kali melalui upaya-upaya yang dilakukan oleh tokoh-tokoh yang memiliki kekuatan atau kelebihan luar biasa.

Bagaimana panjang cerita menjadi perbedaan antara hikayat dan cerpen?

Perbedaan panjang cerita antara hikayat dan cerpen terletak pada durasi cerita itu sendiri. Hikayat cenderung memiliki cerita yang lebih panjang dan kompleks, sering kali membutuhkan beberapa bagian atau bab untuk menceritakan keseluruhan cerita. Sementara itu, cerpen memiliki cerita yang lebih pendek, sering kali dapat diselesaikan dalam satu bagian atau satu rangkaian singkat.

Tinggalkan komentar