Pedoman Lengkap Lomba Mendongeng Bahasa Jawa (Ndongeng) FTBI 2025: Menggali Kisah Fabel dari Kearifan Lokal

Pedoman Lengkap Lomba Mendongeng Bahasa Jawa (Ndongeng) FTBI 2025: Menggali Kisah Fabel dari Kearifan Lokal – Di tengah semaraknya Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI) 2025, salah satu mata lomba yang paling dinantikan adalah Lomba Mendongeng Bahasa Jawa atau yang akrab disebut Ndongeng. Ajang ini bukan sekadar kompetisi, melainkan sebuah panggung kehormatan untuk melestarikan dan merevitalisasi bahasa serta kearifan lokal. Lomba mendongeng ini mengajak para peserta untuk berkreasi, mengubah kekhasan daerah menjadi dongeng fabel yang sarat makna. Melalui cerita-cerita yang diinovasi, FTBI 2025 bertujuan untuk menumbuhkan kecintaan generasi muda terhadap bahasa ibu dan budaya daerah mereka.

Namun, untuk bisa tampil memukau di panggung FTBI 2025, tidak cukup hanya dengan memiliki bakat bercerita. Setiap peserta, guru pendamping, dan orang tua harus memahami secara mendalam setiap detail petunjuk teknis yang telah ditetapkan oleh panitia. Dari pemilihan tema, durasi waktu, hingga kriteria penilaian, setiap poin memiliki bobot penting yang akan menentukan hasil akhir. Artikel ini akan mengupas tuntas semua aspek krusial dari petunjuk teknis lomba mendongeng FTBI 2025. Kami akan membedah setiap aturan, memberikan interpretasi, dan menyajikan tips praktis agar Anda bisa mempersiapkan diri dengan optimal. Tujuan kami adalah agar setiap peserta memiliki panduan yang jelas dan terarah, sehingga tidak ada lagi keraguan dalam melangkah menuju panggung kehormatan FTBI 2025. Mari kita mulai bedah panduan ini.

Menggali Ide dan Menyusun Naskah Dongeng Fabel: Langkah Awal yang Krusial

Langkah pertama dalam mempersiapkan diri untuk lomba Ndongeng adalah memilih ide cerita dan menyusun naskah yang orisinal. Panitia FTBI 2025 telah memberikan panduan yang sangat spesifik terkait materi lomba.

1. Memilih Tema Sesuai Kekhasan Daerah

Peserta diwajibkan untuk mendongengkan cerita yang diangkat dari kekhasan daerah setempat. Kekhasan ini bisa berupa mitos lokal, legenda, keunikan flora dan fauna, atau tradisi yang ada di daerah tersebut. Inovasi cerita ini harus diubah menjadi dongeng fabel, di mana karakter utamanya adalah binatang atau benda mati yang memiliki sifat layaknya manusia. Penting untuk mengutamakan cerita baru atau belum populer agar juri bisa melihat orisinalitas dan kreativitas peserta.

Panitia telah menyediakan tiga pilihan tema utama yang harus diintegrasikan dalam cerita fabel:

  • Lingkungan: Cerita bisa mengangkat isu-isu lingkungan lokal, seperti pentingnya menjaga sungai, hutan, atau hewan langka di daerah tersebut.
  • Pendidikan: Cerita dapat berfokus pada nilai-nilai pendidikan, seperti pentingnya belajar, menghargai guru, atau menumbuhkan semangat membaca.
  • Kepemimpinan: Cerita bisa membahas tentang kualitas kepemimpinan yang baik, seperti kejujuran, keadilan, dan tanggung jawab yang tercermin dari karakter binatang dalam dongeng.

Setiap peserta wajib mengirimkan naskah cerita fabel melalui tautan pendaftaran sebagai bagian dari proses verifikasi. Naskah ini menjadi bukti bahwa cerita yang akan dibawakan adalah karya orisinal peserta.

Kunci Sukses Penyampaian: Teknik, Penampilan, dan Durasi

Lomba mendongeng bukan hanya tentang cerita yang bagus, tetapi juga tentang bagaimana cerita tersebut disampaikan di atas panggung. Panitia telah menetapkan beberapa aturan teknis yang harus diperhatikan oleh setiap peserta.

1. Aturan Teknis Penampilan:

  • Durasi Penampilan yang Tepat: Durasi adalah salah satu kriteria penting yang akan memengaruhi penilaian. Setiap peserta diberi waktu 7 menit untuk mendongeng dan 1 menit untuk persiapan. Panitia akan memberlakukan sanksi jika peserta melebihi batas waktu yang telah ditentukan, yaitu kelebihan waktu tampil akan mengurangi bobot penilaian. Ini mengajarkan peserta tentang pentingnya manajemen waktu dan efektivitas dalam menyampaikan pesan.
  • Tanpa Pelantang (Mikrofon): Peserta tidak diperbolehkan menggunakan pelantang (mikrofon) saat mendongeng. Aturan ini bertujuan untuk menguji kekuatan vokal, artikulasi, dan kemampuan peserta dalam mengolah suara secara natural tanpa bantuan alat.
  • Penggunaan Alat Peraga: Setiap peserta diperbolehkan menggunakan maksimal tiga macam alat peraga yang tidak membahayakan. Alat peraga harus sesuai dengan kebutuhan cerita dan dapat membantu menvisualisasikan narasi.
  • Busana Bebas Rapi dan Sopan: Peserta disarankan untuk berpakaian tradisional, namun ini tidak termasuk dalam kriteria penilaian. Peserta diperbolehkan mengenakan pakaian bebas rapi dan sopan tanpa ada identitas sekolah. Aturan ini memberikan fleksibilitas, namun tetap mengedepankan etika berbusana di panggung.
  • Penampilan Satu Babak: Lomba mendongeng dilaksanakan dalam satu babak, artinya tidak ada babak final. Pemenang akan langsung ditentukan berdasarkan hasil penilaian di babak tersebut.

2. Batasan Isi Cerita:

  • Bebas dari Unsur Negatif: Cerita yang disampaikan tidak boleh mengandung unsur kebencian SARA dan pornografi, serta adegan kekerasan verbal maupun fisik. Ini adalah aturan etika dasar yang harus dipatuhi untuk menjaga suasana kompetisi tetap positif dan edukatif.

Kriteria Penilaian: Membedah Bobot Nilai untuk Raih Prestasi

Untuk meraih gelar juara, peserta harus memahami dengan baik kriteria penilaian yang akan digunakan oleh dewan juri. Total bobot penilaian adalah 100%, yang terbagi menjadi empat aspek utama.

  1. Aspek Bahasa (Bobot 40%)
    • Ini adalah kriteria dengan bobot paling tinggi, menunjukkan bahwa penguasaan bahasa Jawa adalah inti dari lomba ini. Juri akan menilai:
      • Pilihan Diksi: Ketepatan dan kekayaan penggunaan kosakata bahasa Jawa yang relevan dengan cerita.
      • Gaya Bahasa: Kreativitas dan keunikan gaya bahasa yang digunakan untuk membuat cerita lebih menarik.
      • Intonasi: Penggunaan nada, tempo, dan jeda yang tepat untuk menghidupkan karakter dan emosi dalam cerita.
  2. Pemahaman Isi (Bobot 30%)
    • Kriteria ini berfokus pada seberapa dalam peserta memahami cerita yang dibawakan. Juri akan menilai:
      • Penguasaan Isi: Kelancaran dan akurasi dalam menyampaikan alur cerita tanpa ada kesalahan fatal.
      • Penghayatan: Kemampuan peserta dalam menjiwai karakter dan emosi dalam cerita, sehingga penonton bisa merasakan pesan yang ingin disampaikan.
  3. Penampilan (Bobot 25%)
    • Kriteria ini menilai aspek non-verbal dan performa panggung peserta. Juri akan menilai:
      • Mimik: Ekspresi wajah yang sesuai dengan narasi cerita, seperti ekspresi sedih, senang, atau terkejut.
      • Gaya Bercerita: Gerak tubuh, gestur, dan cara berdiri yang mendukung cerita, membuat penampilan menjadi lebih dinamis dan menarik.
  4. Alat Peraga (Bobot 5%)
    • Kriteria ini memiliki bobot paling kecil, namun tetap penting. Juri akan menilai:
      • Relevansi: Seberapa sesuai alat peraga yang digunakan dengan cerita.
      • Kreativitas: Keunikan dan kreativitas dalam pembuatan dan penggunaan alat peraga.

Dengan membedah setiap kriteria ini, menjadi jelas bahwa kesuksesan di lomba mendongeng FTBI 2025 adalah hasil dari perpaduan antara penguasaan bahasa yang kuat (40%), pemahaman cerita yang mendalam (30%), penampilan panggung yang meyakinkan (25%), dan penggunaan alat peraga yang kreatif (5%). Peserta yang mampu menyeimbangkan keempat aspek ini akan memiliki peluang besar untuk keluar sebagai juara

Kesimpulan

Lomba Mendongeng Bahasa Jawa (Ndongeng) dalam Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI) 2025 adalah sebuah ajang penting yang berperan ganda: melestarikan bahasa Jawa dan merangsang kreativitas. Kunci utama untuk meraih prestasi terletak pada persiapan yang holistik dan terperinci. Pertama, peserta harus mampu menggali kearifan lokal daerah mereka dan menginovasinya menjadi dongeng fabel yang orisinal. Kedua, penguasaan teknis penampilan, seperti manajemen durasi dan penggunaan intonasi yang tepat tanpa pelantang, menjadi tantangan krusial yang harus dilatih. Terakhir, pemahaman mendalam terhadap kriteria penilaian dengan bobot masing-masing aspek bahasa (40%), pemahaman isi (30%), penampilan (25%), dan alat peraga (5%) akan menjadi peta jalan yang efektif bagi peserta dan pembimbing. Dengan mengikuti pedoman ini secara cermat, diharapkan setiap peserta dapat tampil dengan percaya diri, menyampaikan pesan yang sarat makna, dan pada akhirnya, ikut serta dalam melestarikan bahasa dan budaya Jawa sebagai warisan tak ternilai bagi generasi mendatang.

 

Jangan Ketinggalan Info Pendidikan Terbaru!

Yuk, gabung sekarang di Channel WhatsApp INFO Pendidikan kami untuk mendapatkan update terkini seputar dunia pendidikan, termasuk informasi penting mengenai materi pelajaran, tips belajar, dan banyak lagi!

KLIK DI SINI UNTUK GABUNG: https://whatsapp.com/channel/0029VaoZFfj1Hspp1XrPnP3q

 

Dapatkan Update Pendidikan Langsung di Telegram!

Temukan berbagai informasi penting seputar dunia pendidikan, mulai dari tips belajar efektif, materi sekolah, hingga info beasiswa, di Channel Telegram INFO Pendidikan.

KLIK DI SINI UNTUK GABUNG: https://t.me/Infopendidikannew

Scroll to Top