Pedoman Festival Tunas Bahasa Ibu 2025: Membangkitkan Gairah Bahasa dan Sastra Jawa di Kalangan Generasi Muda – Salam budaya, salam literasi! – Di tengah gempuran arus globalisasi dan dominasi bahasa asing, kelestarian bahasa daerah, termasuk bahasa Jawa, menjadi tantangan tersendiri. Namun, semangat untuk menjaga warisan tak benda ini tidak pernah padam. Justru, berbagai inisiatif terus digulirkan untuk membangkitkan kembali minat dan kecintaan generasi muda terhadap bahasa dan sastra leluhur. Salah satu upaya nyata yang patut diacungi jempol datang dari Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah, yang kembali menginisiasi sebuah perhelatan akbar: Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI) Tahun 2025.
Table of Contents
ToggleFTBI ini bukanlah sekadar ajang kompetisi biasa. Lebih dari itu, ia adalah sebuah platform strategis dan inovatif yang dirancang khusus untuk memberikan wadah bagi siswa sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah pertama (SMP) se-Provinsi Jawa Tengah. Di sinilah mereka akan berinteraksi, berkreasi, dan yang paling penting, mengasah kemahiran mereka dalam berbahasa dan bersastra Jawa. Melalui berbagai mata lomba yang disajikan, FTBI 2025 diharapkan mampu menjadi pilar penting dalam upaya revitalisasi bahasa daerah, khususnya bahasa Jawa, sejalan dengan adagium “Utamakan Bahasa Indonesia, Lestarikan Bahasa Daerah, Kuasai Bahasa Asing”.
Juknis FTBI 2025 ini menjadi panduan lengkap bagi seluruh pihak yang akan terlibat, mulai dari peserta, guru pendamping, hingga dinas pendidikan kabupaten/kota. Di dalamnya dijelaskan secara rinci mengenai tujuan mulia festival ini, ragam mata lomba yang inovatif, lini masa pelaksanaan yang terstruktur, hingga detail pendaftaran dan ketentuan umum. Mari kita selami lebih dalam pedoman ini untuk memahami bagaimana FTBI 2025 berupaya melestarikan kekayaan budaya tak ternilai ini di tangan tunas-tunas muda harapan bangsa.
Tujuan Mulia FTBI 2025
Setiap perhelatan akbar pasti memiliki visi dan misi yang jelas, tak terkecuali Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI) 2025. Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah merancang festival ini dengan tiga tujuan utama yang saling berkesinambungan, membentuk sebuah fondasi yang kuat bagi upaya pelestarian dan pengembangan bahasa Jawa di kalangan generasi muda.
1. Meningkatkan Kemahiran dan Kreativitas Berbahasa dan Bersastra Jawa
Tujuan pertama FTBI adalah untuk mengasah dan memperdalam kemahiran siswa dalam berbahasa Jawa. Ini mencakup kemampuan lisan dan tulis, dari percakapan sehari-hari hingga penggunaan dalam konteks formal. Namun, kemahiran saja tidak cukup. Festival ini juga secara khusus mendorong kreativitas mereka dalam bersastra Jawa.
Melalui berbagai mata lomba yang telah dirancang, siswa tidak hanya dituntut untuk menguasai kaidah bahasa, tetapi juga untuk menggali potensi diri dan mengekspresikan pemahaman mereka akan bahasa dan sastra Jawa secara inovatif. Misalnya, dalam lomba menulis cerkak, siswa diajak untuk menumpahkan imajinasi mereka dalam bahasa Jawa, sementara lomba mendongeng mendorong mereka untuk bercerita dengan gaya yang menarik dan orisinal. Tujuan ini memastikan bahwa bahasa Jawa tidak hanya menjadi materi pelajaran, tetapi juga medium ekspresi yang hidup dan relevan bagi kaum muda. Kemahiran ini akan menjadi bekal berharga bagi mereka untuk terus menggunakan dan mengembangkan bahasa Jawa di masa depan.
2. Memupuk Rasa Percaya Diri dan Kebanggaan terhadap Bahasa dan Sastra Jawa
Selain aspek kognitif dan keterampilan, FTBI juga sangat memperhatikan dimensi mental dan emosional siswa. Festival ini berupaya secara signifikan untuk meningkatkan rasa percaya diri siswa saat menggunakan bahasa Jawa di ranah publik. Seringkali, generasi muda merasa sungkan atau kurang percaya diri untuk berbicara dalam bahasa daerah karena stigma “ketinggalan zaman” atau kekhawatiran salah dalam penggunaan tata bahasa. FTBI hadir sebagai wadah yang aman dan suportif untuk mengatasi hal tersebut.
Lebih jauh lagi, festival ini bertujuan untuk membangkitkan dan memperkuat rasa kebanggaan siswa terhadap kekayaan budaya berupa bahasa dan sastra Jawa. Ketika generasi muda merasa bangga dengan identitas budaya mereka, motivasi untuk melestarikan, mempelajari lebih dalam, dan bahkan mengembangkan warisan ini akan semakin kuat. Rasa bangga ini adalah energi positif yang esensial agar bahasa Jawa tidak lekang oleh waktu, melainkan terus diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya dengan penuh kesadaran dan kecintaan.
3. Membangun Kerja Sama yang Solid Antarlembaga dalam Pelestarian Bahasa
Pelestarian sebuah bahasa, apalagi bahasa daerah yang luas seperti bahasa Jawa, bukanlah tanggung jawab yang bisa dipikul sendirian oleh satu pihak. FTBI 2025 secara eksplisit memiliki tujuan untuk membangun kerja sama yang solid dan sinergis antarlembaga di Provinsi Jawa Tengah. Ini mencakup Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah sebagai inisiator, Dinas Pendidikan di tingkat provinsi dan kabupaten/kota, pemerintah daerah, komunitas budaya, seniman, budayawan, hingga sekolah-sekolah dan guru-guru.
Semangat “melu handarbeni” (turut memiliki) dan “saiyeg saeka praya” (bersama-sama berjuang mencapai tujuan) diharapkan dapat mendorong kolaborasi yang erat dalam berbagai aspek, mulai dari pengembangan materi ajar, pelatihan guru, sosialisasi, hingga penyelenggaraan festival itu sendiri. Keterlibatan aktif pemerintah daerah dan dinas terkait, baik dalam dukungan kebijakan maupun alokasi anggaran, menjadi kunci sukses dalam upaya jangka panjang pelestarian, pengembangan, dan pemanfaatan bahasa dan sastra Jawa. Tujuan ini menggarisbawahi bahwa revitalisasi bahasa daerah adalah tugas kolektif yang membutuhkan komitmen bersama dari berbagai pihak.
Dengan ketiga tujuan mulia ini, FTBI 2025 tidak hanya berfokus pada hasil kompetisi, tetapi pada pembangunan ekosistem yang kondusif bagi pertumbuhan tunas-tunas bahasa yang kuat, bangga, dan kolaboratif demi masa depan bahasa dan sastra Jawa yang lestari.
Mata Lomba Inovatif FTBI 2025: Wadah Eksplorasi Beragam Bakat dan Minat
Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI) 2025 dirancang untuk menjadi ajang yang inklusif, mengakomodasi berbagai spektrum bakat dan minat siswa SD dan SMP. Untuk mencapai tujuan ini, panitia telah menyiapkan beragam mata lomba yang tidak hanya menguji kemahiran berbahasa Jawa, tetapi juga memancing kreativitas dan keberanian berekspresi. Setiap mata lomba terbagi menjadi dua kategori, yaitu putra dan putri, untuk memastikan keadilan kompetisi.
Berikut adalah uraian mendalam mengenai mata lomba yang akan diselenggarakan:
1. Menulis dan Membaca Aksara Jawa (Nulis lan Maca Aksara Jawa)
Lomba ini merupakan inti dari pelestarian aksara Jawa sebagai bagian tak terpisahkan dari identitas budaya. Peserta akan diuji kemampuannya dalam mengalihaksarakan teks Latin ke aksara Jawa (menulis) dan membaca teks yang sudah beraksara Jawa (membaca).
- Penilaian: Meliputi ketepatan penulisan aksara (kaidah penulisan sandhangan, pasangan, dan lain-lain), kerapian tulisan, kelancaran pembacaan, serta kejelasan artikulasi dan intonasi. Lomba ini menuntut ketelitian dan penguasaan kaidah aksara Jawa yang kompleks.
2. Mendongeng (Ndongeng)
Lomba mendongeng menantang peserta untuk menghidupkan cerita rakyat melalui kemampuan bercerita. Peserta diminta untuk mendongengkan cerita fabel yang diangkat dari kekhasan daerah setempat. Tema-tema yang relevan seperti lingkungan, pendidikan, atau kepemimpinan dapat menjadi inspirasi.
- Kreativitas dan Inovasi: Cerita harus dikembangkan dengan kreativitas dan inovasi tanpa menghilangkan esensi lokal.
- Penilaian: Berfokus pada aspek bahasa (pilihan diksi yang sesuai, gaya bahasa yang menarik, dan intonasi yang ekspresif), pemahaman isi (penguasaan alur cerita dan penghayatan karakter), penampilan (mimik wajah, gerak tubuh, dan gaya bercerita yang memukau), serta penggunaan alat peraga yang mendukung cerita. Lomba ini tidak hanya mengasah kemampuan verbal, tetapi juga daya imajinasi dan ekspresi non-verbal.
3. Berpidato (Sesorah)
Lomba ini menguji kemampuan siswa dalam menyampaikan pidato berbahasa Jawa krama secara komunikatif. Pidato yang baik tidak hanya informatif, tetapi juga mampu memengaruhi audiens.
- Tema: Tema-tema yang dipilih relevan dengan kehidupan siswa, seperti “Pakulinan urip sehat sakjroning kulawarga” (Kebiasaan hidup sehat dalam keluarga) atau “Ngulinakake maca kanggo ngundhakake kawruh” (Membiasakan membaca untuk meningkatkan pengetahuan).
- Aspek Penilaian: Meliputi kesesuaian isi pidato dengan tema yang dipilih, intonasi suara yang tepat dan variatif, unggah-ungguh basa (tata krama bahasa Jawa) yang baik dan benar, serta ekspresi wajah dan penampilan yang mendukung penyampaian pesan. Lomba ini melatih siswa untuk berbicara di depan umum dengan percaya diri, menggunakan bahasa Jawa yang halus dan santun.
4. Menulis Cerkak (Nulis Cerkak)
Lomba menulis cerpen (cerkak) berbahasa Jawa ini mendorong siswa untuk mengeksplorasi imajinasi mereka dalam bentuk tulisan. Peserta diminta menulis cerkak berdasarkan tema dan stimulasi visual yang akan diberikan saat lomba.
- Penekanan: Pada orisinalitas ide cerita, kesesuaian dengan tema, serta penggunaan bahasa Jawa yang kaya, bahkan mengakomodasi dialek lokal.
- Penilaian: Mencakup penceritaan (kemampuan pengungkapan ide secara menarik), aspek bahasa (penggunaan ejaan yang benar, kekayaan kosakata, dan pilihan diksi yang tepat), dan kesesuaian isi cerita dengan tema yang ditentukan. Lomba ini mengasah kemampuan literasi tulis dan daya imajinasi siswa.
5. Membaca Geguritan (Maca Geguritan)
Lomba membaca puisi berbahasa Jawa (geguritan) ini bertujuan untuk mengapresiasi keindahan sastra Jawa melalui ekspresi lisan. Naskah geguritan akan disediakan oleh panitia.
- Penilaian: Berdasarkan tiga pilar utama: wicara/vokal (kejelasan suara, intonasi, dan artikulasi), wirasa/penghayatan (kemampuan menyampaikan emosi dan makna puisi secara mendalam), dan wiraga/penampilan (gerak tubuh dan ekspresi wajah yang mendukung interpretasi puisi). Lomba ini tidak hanya menguji kemampuan membaca, tetapi juga sensibilitas artistik siswa.
6. Nembang Macapat
Lomba ini melestarikan seni tembang Jawa yang kaya akan makna filosofis dan keindahan melodi. Peserta akan diminta menembangkan satu macapat wajib dan satu macapat pilihan sesuai dengan ketentuan jenjang SD dan SMP.
- Aspek Penting: Cakepan (lirik), notasi (nada), dan cengkok (gaya melodi khas Jawa) menjadi bagian penting dari persiapan.
- Penilaian: Meliputi kualitas suara (dasar suara yang kuat, power vokal), teknik menembang (penguasaan laras/tangga nada, ketepatan titi laras/interval nada, pelafalan lirik, dan pedhotan/pemenggalan kalimat yang benar), serta penghayatan terhadap isi tembang. Lomba ini menuntut ketekunan dan pemahaman mendalam terhadap warisan seni vokal Jawa.
7. Komedi Tunggal (Ndhagel Ijen)
Sebuah mata lomba yang modern dan kekinian, komedi tunggal berbahasa Jawa ini menantang peserta untuk menampilkan lawakan tunggal yang orisinal dan menghibur.
- Materi: Harus orisinal, bebas dari unsur SARA (Suku, Agama, Ras, Antargolongan), pornografi, perundungan, serta humor jorok/gelap/vulgar. Ini menekankan pentingnya komedi yang mendidik dan positif.
- Penilaian: Melibatkan jumlah tawa per menit (LPM) sebagai indikator keberhasilan, kualitas materi (kekuatan ide dan kelucuan), penyampaian (delivery yang efektif dan menarik), dan ketepatan waktu. Lomba ini membuktikan bahwa bahasa Jawa juga bisa menjadi medium yang relevan dan menghibur bagi generasi Z, sekaligus membuka peluang bagi bakat-bakat baru di dunia komedi.
Keberagaman mata lomba ini diharapkan dapat menarik partisipasi dari berbagai latar belakang minat siswa, sehingga semakin banyak tunas muda yang tergerak untuk mencintai dan melestarikan bahasa serta sastra Jawa.
Lini Masa dan Pelaksanaan FTBI 2025: Dari Persiapan Hingga Puncak Acara di Surakarta
Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI) 2025 merupakan perhelatan yang terencana dengan sangat matang, melibatkan serangkaian kegiatan yang dimulai jauh sebelum puncak acara kompetisi. Lini masa yang terstruktur ini menunjukkan keseriusan Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah dalam mempersiapkan seluruh elemen festival demi hasil yang optimal.
Berikut adalah tahapan penting dalam lini masa FTBI 2025:
1. Penyusunan Bahan Ajar dan Rapat Koordinasi Pakar
- Waktu Pelaksanaan: 14-16 April 2025
- Tujuan: Tahap awal ini fokus pada penyiapan materi bimbingan teknis yang akan diberikan kepada para guru utama. Materi ini sangat penting agar guru memiliki panduan yang komprehensif dalam membimbing siswa untuk menghadapi setiap mata lomba. Rapat koordinasi dengan para pakar bahasa dan sastra Jawa memastikan bahwa materi yang disusun relevan, akurat, dan sesuai dengan standar kebahasaan terkini. Ini adalah fondasi intelektual dari keseluruhan festival.
2. Rapat Koordinasi dengan Pemerintah Daerah
- Waktu Pelaksanaan: 22 April 2025
- Tujuan: Pertemuan ini krusial untuk membahas kebijakan perlindungan bahasa daerah dengan pemerintah daerah Provinsi Jawa Tengah. Dukungan pemerintah daerah, baik dari segi regulasi maupun anggaran, sangat vital untuk keberlanjutan program revitalisasi bahasa daerah. Rapat ini juga menjadi ajang untuk menyamakan persepsi dan membangun komitmen bersama dalam upaya pelestarian bahasa Jawa.
3. Bimbingan Teknis Guru Utama
- Waktu Pelaksanaan: Akan dilaksanakan dalam dua gelombang:
- Gelombang 1: 5-10 Mei 2025
- Gelombang 2: 21-26 Mei 2025
- Tujuan: Guru utama adalah ujung tombak dalam mempersiapkan siswa untuk kompetisi. Mereka akan menerima pelatihan mendalam mengenai setiap mata lomba, teknik pembimbingan yang efektif, serta pemahaman yang lebih baik tentang tujuan dan filosofi FTBI. Pembekalan ini memastikan bahwa setiap guru memiliki kapasitas yang memadai untuk membina “tunas-tunas bahasa” di sekolah masing-masing.
4. Pemantauan Pengimbasan Revitalisasi Bahasa Daerah
- Waktu Pelaksanaan: Agustus-September 2025
- Tujuan: Setelah guru utama menerima bimbingan teknis, mereka diharapkan dapat mengimbaskan pengetahuan dan keterampilan tersebut kepada guru-guru lain dan siswa di sekolah mereka. Tahap pemantauan ini dilakukan untuk melihat sejauh mana proses pengimbasan revitalisasi bahasa daerah berjalan efektif di tingkat sekolah dan kabupaten/kota. Ini juga menjadi evaluasi awal terhadap kesiapan peserta sebelum memasuki babak kompetisi.
5. Puncak Festival Tunas Bahasa Ibu
- Waktu Pelaksanaan: 14-16 Oktober 2025
- Lokasi: Kota Surakarta
- Tujuan: Inilah momen puncak yang paling ditunggu-tunggu, di mana para tunas bahasa terbaik dari seluruh Provinsi Jawa Tengah akan bertemu dan berkompetisi. Pemilihan Kota Surakarta sebagai lokasi utama acara puncak bukan tanpa alasan; kota ini dikenal kaya akan budaya Jawa dan menjadi salah satu pusat pelestarian bahasa dan sastra Jawa. Penyelenggaraan di Surakarta diharapkan dapat memberikan pengalaman yang lebih mendalam dan inspiratif bagi para peserta.
Lini masa yang terencana ini menunjukkan bahwa FTBI 2025 bukan acara dadakan, melainkan sebuah program berkelanjutan yang melibatkan berbagai tahapan persiapan dan kolaborasi. Dengan perencanaan yang matang, diharapkan Festival Tunas Bahasa Ibu 2025 akan berjalan sukses dan memberikan dampak positif yang signifikan bagi masa depan bahasa dan sastra Jawa.
Pendaftaran dan Ketentuan Umum FTBI 2025
Untuk memastikan kelancaran dan keadilan dalam pelaksanaan Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI) 2025, panitia telah menetapkan pedoman partisipasi yang jelas dan terstruktur. Calon peserta, guru pendamping, serta dinas pendidikan di setiap kabupaten/kota perlu memahami setiap detail ketentuan ini.
Waktu dan Cara Pendaftaran
- Periode Pendaftaran: Pendaftaran untuk Festival Tunas Bahasa Ibu Tahun 2025 akan dibuka mulai 14 September hingga 3 Oktober 2025. Ini memberikan rentang waktu yang cukup bagi setiap kabupaten/kota untuk menyiapkan dan mendaftarkan delegasinya.
- Tautan Resmi Pendaftaran: Calon peserta dan pendamping dapat mengakses informasi pendaftaran serta melakukan proses registrasi melalui tautan resmi yang telah disediakan: https://s.id/FTBIJateng2025. Pastikan untuk selalu merujuk pada tautan ini agar informasi yang didapat valid dan terhindar dari penipuan.
Ketentuan Umum Peserta dan Pendamping
Beberapa ketentuan umum yang perlu diperhatikan dengan seksama adalah sebagai berikut:
- Jenjang Peserta: Peserta FTBI adalah siswa aktif SD (kelas I-VI) dan SMP (kelas VII-IX) yang berasal dari sekolah-sekolah di Provinsi Jawa Tengah.
- Kategori Lomba: Setiap mata lomba memiliki dua kategori yang terpisah: putra dan putri. Hal ini dilakukan untuk menciptakan kompetisi yang lebih berimbang dan memberikan kesempatan yang sama bagi kedua gender.
- Asal Peserta dan Kuota:
- Peserta harus merupakan pemenang lomba serupa di tingkat kabupaten/kota (misalnya, hasil seleksi tingkat kabupaten/kota).
- Atau, peserta bisa juga merupakan utusan resmi dari dinas pendidikan setempat.
- Setiap kabupaten/kota memiliki kuota dua peserta (satu putra dan satu putri) untuk setiap mata lomba. Ini berarti, jika ada 7 mata lomba, satu kabupaten/kota bisa mengirimkan hingga 14 peserta (7 putra dan 7 putri).
- Pembatasan Lomba: Setiap peserta hanya diperbolehkan mengikuti satu mata lomba dan tidak boleh merangkap. Aturan ini dibuat untuk mendorong peserta fokus pada satu bidang dan memberikan kesempatan yang lebih luas bagi siswa lain untuk berpartisipasi.
- Larangan Juara Bertahan: Untuk memberikan kesempatan yang lebih merata dan mendorong regenerasi, pemenang pertama FTBI tahun 2023 dan 2024 tidak diperkenankan mengikuti mata lomba yang sama pada tahun 2025. Namun, mereka bisa mengikuti mata lomba lain jika memiliki minat dan bakat di bidang tersebut.
- Pendamping:
- Pendamping adalah guru atau staf dinas yang ditunjuk secara resmi oleh kabupaten/kota melalui dinas pendidikan setempat.
- Setiap perwakilan kabupaten/kota dapat mengirimkan peserta dan maksimal dua orang pendamping. Pendamping ini berperan penting dalam membimbing dan mengawal peserta selama festival.
- Persyaratan Administrasi:
- Perwakilan kabupaten/kota wajib mengisi formulir pendaftaran secara lengkap dan akurat.
- Setiap peserta juga wajib mengirimkan surat keterangan resmi dari kepala dinas pendidikan kabupaten/kota setempat kepada panitia saat mendaftar. Surat ini berfungsi sebagai bukti legitimasi dan delegasi resmi dari daerah asal.
Fasilitas dari Panitia dan Tanggung Jawab Biaya
- Fasilitas dari Panitia:
- Panitia akan menyediakan sertifikat elektronik keikutsertaan untuk semua peserta dan pendamping yang terdaftar.
- Bagi para pemenang di setiap mata lomba, akan ada hadiah berupa uang pembinaan, piala, dan sertifikat prestasi.
- Hadiah serupa juga akan diberikan untuk pemenang lomba yel-yel (jika ada) dan juara umum festival.
- Selama kegiatan berlangsung, panitia hanya akan menyediakan konsumsi bagi peserta dan dua orang pendamping per kabupaten/kota.
- Tanggung Jawab Biaya:
- Penting untuk digarisbawahi bahwa Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah tidak menanggung biaya perjalanan dinas, transportasi, serta penginapan bagi peserta dan pendamping.
- Hal ini menjadi perhatian penting bagi dinas pendidikan di masing-masing kabupaten/kota untuk mengalokasikan anggaran terkait. Koordinasi dengan pemerintah daerah setempat menjadi kunci untuk memastikan peserta dapat berpartisipasi tanpa kendala finansial.
Dengan memahami seluruh ketentuan ini, diharapkan proses pendaftaran dan partisipasi dalam FTBI 2025 dapat berjalan lancar, adil, dan tanpa hambatan, sehingga seluruh potensi tunas-tunas bahasa dapat tereksplorasi secara maksimal.
Download Petunjuk Teknis Lomba
Untuk menjamin kualitas, objektivitas penilaian, dan keadilan dalam setiap mata lomba Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI) 2025, panitia telah menyusun petunjuk teknis (juknis) yang sangat detail. Juknis ini menjadi panduan esensial bagi peserta, guru pembimbing, dan dewan juri. Mari kita telaah beberapa sorotan penting dari juknis setiap lomba:
Download JUKNIS FTBI 2025 Unduh Disini
1. Lomba Menulis Cerkak (Nulis Cerkak)
- Tema dan Stimulasi Visual: Tema dan stimulasi visual akan diinformasikan secara langsung saat lomba berlangsung. Ini untuk memastikan orisinalitas dan mencegah persiapan dini yang tidak adil.
- Orisinalitas dan Isi: Cerkak harus orisinal, bukan plagiasi, dan tidak boleh mengandung unsur SARA, pornografi, atau perundungan.
- Panjang Tulisan: Minimal 1 halaman (untuk SD) dan 2 halaman (untuk SMP), dengan maksimal 3 halaman.
- Waktu Pengerjaan: Diberi waktu 3 jam.
- Pakaian: Peserta diwajibkan mengenakan pakaian batik bebas (rapi dan sopan).
2. Lomba Berpidato (Sesorah)
- Pemilihan Tema: Peserta akan memilih salah satu tema yang telah ditentukan oleh panitia.
- Isi Pidato: Materi pidato tidak boleh mengandung unsur kebencian SARA, pornografi, atau perundungan. Pesan yang disampaikan harus positif dan membangun.
- Bahasa dan Penyampaian: Pidato harus disampaikan menggunakan bahasa Jawa krama secara komunikatif, tanpa membaca teks (berpidato ekstemporan atau menghafal).
- Durasi Penampilan:
- SMP: 5-7 menit
- SD: 4-6 menit
- Aspek Penilaian: Fokus pada intonasi, unggah-ungguh basa, ekspresi, dan kesesuaian isi.
3. Lomba Mendongeng (Ndongeng)
- Sumber Cerita: Cerita yang didongengkan harus diangkat dari kekhasan daerah setempat dan diinovasi menjadi dongeng fabel. Ini mendorong eksplorasi cerita rakyat lokal.
- Durasi Penampilan: 7 menit, dengan waktu persiapan 1 menit.
- Alat Peraga: Peserta diperbolehkan menggunakan maksimal tiga alat peraga yang tidak membahayakan. Penggunaan alat peraga harus mendukung narasi cerita.
- Larangan: Tidak boleh menggunakan pelantang (microphone). Ini menguji kekuatan vokal alami peserta.
4. Lomba Nembang Macapat
- Wajib dan Pilihan: Peserta akan menembang satu macapat wajib dan satu macapat pilihan sesuai ketentuan laras (Slendro atau Pelog) yang telah ditentukan untuk masing-masing jenjang.
- Cakepan, Notasi, Cengkok:
- SMP: Cakepan (lirik), notasi, dan cengkok disiapkan sendiri oleh peserta/pembimbing.
- SD: Cakepan, notasi, dan cengkok akan disediakan oleh panitia.
- Busana: Peserta diwajibkan mengenakan busana tradisional adat Jawa yang rapi dan sopan.
- Larangan: Tidak menggunakan pelantang atau alat pengiring musik. Ini fokus pada kemurnian vokal dan penguasaan teknik tembang.
5. Lomba Menulis dan Membaca Aksara Jawa
- Pedoman Penulisan: Pedoman penulisan yang dipakai adalah Sriwedari dengan penyesuaian.
- Materi Aksara Jawa Berdasarkan Jenjang:
- Tingkat SD: Tidak menggunakan aksara murda, rekan, swara, dan angka (fokus pada dasar-dasar).
- Tingkat SMP: Mencakup semua aksara tersebut, menunjukkan tingkat kesulitan yang lebih tinggi.
- Durasi:
- Menulis: Maksimal 10 menit
- Membaca: Maksimal 5 menit
6. Lomba Membaca Geguritan (Maca Geguritan)
- Naskah: Peserta akan membaca geguritan yang naskahnya disediakan oleh panitia.
- Larangan: Tidak boleh menggunakan properti, alat musik, atau alat pengiring lainnya.
- Larangan Pelantang: Tidak menggunakan pelantang. Fokus pada ekspresi lisan dan vokal alami.
7. Lomba Komedi Tunggal (Ndhagel Ijen)
- Materi Komedi: Materi harus orisinal, tidak klise, dan tidak mengandung unsur negatif (SARA, pornografi, perundungan, humor jorok/gelap/vulgar).
- Penggunaan Mikrofon: Peserta diperkenankan menggunakan mikrofon genggam.
- Durasi Penampilan: 5 menit.
- Larangan Khusus: Dilarang menampilkan gimik atau berperilaku menyerupai lawan jenis. Ini untuk menjaga etika dan norma dalam pertunjukan.
Seluruh detail petunjuk teknis ini dapat diunduh secara lengkap melalui tautan yang akan disediakan oleh panitia. Pemahaman yang mendalam terhadap juknis adalah kunci bagi peserta dan pembimbing untuk mempersiapkan diri secara optimal dan berkompetisi secara adil.
Kesimpulan
Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI) 2025 adalah sebuah manifestasi nyata dari komitmen kuat Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah dalam melestarikan dan mengembangkan bahasa serta sastra Jawa. Dengan juknis yang komprehensif dan mata lomba yang inovatif dan bervariasi, FTBI diharapkan mampu menarik partisipasi yang luas dari generasi muda di seluruh Provinsi Jawa Tengah. Lebih dari sekadar ajang kompetisi, FTBI adalah investasi jangka panjang untuk menjaga warisan budaya yang tak ternilai ini agar tetap hidup dan relevan di tengah dinamika zaman.
Melalui ajang ini, harapan besar tertumpu pada munculnya tunas-tunas baru yang tidak hanya mahir berbahasa dan bersastra Jawa, tetapi juga bangga akan identitas budaya mereka. Semangat kolaborasi antarlembaga, seperti yang diusung dalam tujuan FTBI, akan menjadi kunci untuk memastikan keberlanjutan program revitalisasi bahasa daerah ini. Semoga Festival Tunas Bahasa Ibu 2025 dapat menjadi momentum penting dalam membangkitkan kembali gairah generasi muda untuk “Lestarikan Bahasa Daerah” dan memastikan bahasa Jawa tetap hidup, berkembang, serta menjadi kebanggaan bagi generasi-generasi mendatang.