Review Buku Mendahulukan Adab sebelum Ilmu, Mutiara yang Hilang dalam Peradaban Modern – Dalam era modern yang serba cepat ini, ilmu menjadi salah satu komoditas paling dicari. Tak dapat disangkal bahwa pendidikan tinggi dan pengetahuan mendalam tentang berbagai hal menjadi tolok ukur keberhasilan seseorang di mata masyarakat. Namun, ada satu hal yang sering kali terlupakan dan terabaikan, yaitu adab. Buku “Dahulukan Adab sebelum Ilmu” karya Nashif Musthafa Al-Ghiffari, yang diterbitkan oleh Ranah Buku pada tahun 2022, mengajak kita untuk merenungkan kembali pentingnya adab sebagai pondasi utama dalam menjalani kehidupan, terutama dalam konteks keislaman.
Adab: Kunci Kehidupan Berakhlak Mulia
Sebelum membahas lebih jauh tentang isi buku ini, ada baiknya kita pahami terlebih dahulu apa itu adab. Dalam konteks Islam, adab merupakan etika atau tata cara berperilaku yang baik dan mulia, yang mencerminkan akhlak terpuji. Rasulullah Muhammad SAW, teladan utama umat Islam, sering kali menekankan pentingnya akhlak mulia. Salah satu hadis yang paling dikenal adalah, “Kaum Mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya.” (HR. Tirmidzi). Ini menegaskan bahwa seorang Mukmin tidak dinilai hanya dari ilmunya, melainkan dari akhlaknya.
Buku “Dahulukan Adab sebelum Ilmu” hadir sebagai pengingat bahwa adab adalah mutiara yang tak ternilai dalam Islam. Sayangnya, dalam beberapa dekade terakhir, kita melihat fenomena di mana banyak orang mengejar ilmu tanpa memperhatikan adab. Mereka menganggap ilmu sebagai puncak tertinggi dari peradaban, sementara adab ditempatkan di pinggir jalan. Ilmu memang penting, tetapi ilmu tanpa adab adalah seperti kapal tanpa nahkoda; ia akan terombang-ambing dan bisa membawa bahaya.
Kesenjangan antara Ilmu dan Adab di Masyarakat Modern
Dalam buku ini, penulis menggarisbawahi realitas yang terjadi di masyarakat saat ini. Kita melihat banyak orang yang secara ilmu agama terbilang pintar. Pondok pesantren, boarding school, dan madrasah semakin banyak di berbagai wilayah, menghasilkan generasi muda yang berpengetahuan agama. Ustadz-ustadz muda, kiai-kiai, dan ulama-ulama baru bermunculan bak jamur di musim hujan. Namun, ironisnya, kita juga mendengar berita-berita miris yang datang dari lingkungan yang sama. Kasus-kasus kriminal, korupsi, perzinaan, bahkan kekerasan yang melibatkan umat Islam sendiri, terjadi dengan frekuensi yang mengkhawatirkan.
Mengapa hal ini bisa terjadi? Nashif Musthafa Al-Ghiffari menjawab dengan tegas bahwa fenomena ini terjadi karena umat Islam lebih mengutamakan ilmu ketimbang adab. Mereka merasa cukup dengan ilmu yang mereka miliki, tanpa menyadari bahwa adab adalah bagian yang tak terpisahkan dari ilmu. Ilmu tanpa adab tidak akan membawa keberkahan, dan malah bisa menjadi bumerang bagi pemiliknya.
Pentingnya Mengutamakan Adab dalam Menuntut Ilmu
Dalam Islam, adab selalu didahulukan sebelum ilmu. Seorang murid yang ingin menuntut ilmu harus memperbaiki adabnya terlebih dahulu. Hal ini karena ilmu sejatinya adalah cahaya, dan adab adalah penunjuk jalan. Tanpa adab, ilmu bisa menjadi tabir yang menghalangi kita dari kebenaran. Sebaliknya, dengan adab yang baik, ilmu akan membawa kita menuju kemuliaan, baik di dunia maupun di akhirat.
Salah satu poin penting yang disampaikan dalam buku ini adalah bahwa adab melampaui ilmu. Orang yang memiliki ilmu setinggi langit, namun adabnya buruk, tidak akan dihargai baik di hadapan Allah SWT maupun di hadapan manusia. Namun, sebaliknya, orang yang ilmunya terbatas tetapi adabnya mulia, akan dihormati di manapun ia berada.
Contoh dari kehidupan para ulama klasik sangat relevan untuk kita pelajari. Banyak ulama besar yang mengutamakan adab dalam kehidupan sehari-hari mereka. Mereka tidak hanya menjadi teladan dalam bidang ilmu, tetapi juga dalam akhlak. Salah satu contoh yang sering diangkat adalah Imam Malik, yang selalu mengenakan pakaian terbaik saat mengajarkan ilmu, sebagai bentuk penghormatan terhadap ilmu dan gurunya.
Adab dalam Pendidikan Modern
Di zaman modern, pendidikan cenderung fokus pada aspek intelektual semata. Sekolah-sekolah mengajarkan matematika, sains, dan berbagai disiplin ilmu lainnya, tetapi pendidikan akhlak sering kali terabaikan. Padahal, pendidikan akhlak ini sangat penting dalam membentuk kepribadian anak-anak. Tanpa akhlak, ilmu yang mereka dapatkan hanya akan menjadi alat untuk mengejar keuntungan materi, bukan untuk kemaslahatan umat.
Dalam bukunya, Nashif Musthafa Al-Ghiffari mengajak para pendidik untuk mengembalikan adab sebagai inti dari pendidikan. Guru bukan hanya bertugas mengajarkan ilmu, tetapi juga mendidik adab murid-muridnya. Inilah yang akan membedakan generasi yang cerdas dan beradab dengan generasi yang hanya pandai secara intelektual tetapi miskin akhlak.
Adab dalam Kehidupan Sehari-hari
Tidak hanya dalam pendidikan, adab juga harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam interaksi sosial, adab menjadi landasan utama dalam menjalin hubungan yang harmonis. Seorang Muslim yang baik akan selalu memperhatikan adabnya terhadap orang tua, guru, teman, dan bahkan orang asing. Rasulullah SAW sendiri adalah teladan terbaik dalam hal ini. Beliau selalu menjaga adabnya, baik dalam perkataan maupun perbuatan.
Salah satu bab dalam buku ini membahas secara mendalam tentang adab dalam berbicara. Kata-kata yang keluar dari mulut kita mencerminkan isi hati dan pikiran kita. Oleh karena itu, menjaga lisan adalah salah satu bentuk adab yang paling utama. Di zaman media sosial seperti sekarang ini, di mana setiap orang bisa dengan mudah mengungkapkan pendapatnya, menjaga adab dalam berbicara menjadi lebih penting dari sebelumnya.
Kesimpulan: Mengembalikan Ruh Adab dalam Kehidupan
Buku “Dahulukan Adab sebelum Ilmu” adalah sebuah panggilan untuk kembali mengutamakan adab dalam segala aspek kehidupan, terutama dalam menuntut ilmu. Adab adalah mutiara yang hilang dalam peradaban modern, dan tanpa adab, ilmu hanya akan menjadi beban yang tidak memberikan manfaat.
Nashif Musthafa Al-Ghiffari berhasil menyampaikan pesan yang kuat dalam bukunya ini: ilmu memang penting, tetapi adab jauh lebih penting. Umat Islam harus kembali kepada prinsip dasar ini agar dapat menjadi umat yang tidak hanya pintar, tetapi juga berakhlak mulia. Dengan mendahulukan adab, kita akan membangun peradaban yang lebih baik, baik di dunia maupun di akhirat. Anda dapat membaca dengan membelinya melalui tautan yang ada dibawah ini