Panduan Lengkap Memahami Majas dalam Bahasa Indonesia

Panduan Lengkap Memahami Majas dalam Bahasa Indonesia – Pernahkah kamu membaca sebuah puisi atau cerita yang membuatmu merasa seolah-olah masuk ke dalam dunia yang digambarkan? Atau mungkin kamu pernah mendengar seseorang berbicara dengan perumpamaan yang begitu indah dan berkesan? Di balik semua keajaiban itu, ada satu rahasia besar yang tersembunyi, yaitu majas. Majas adalah gaya bahasa yang digunakan untuk memperkaya tulisan atau ucapan, membuatnya lebih hidup, menarik, dan tidak monoton. Singkatnya, majas adalah bumbu rahasia yang membuat kata-kata terasa lebih lezat. Ia memungkinkan kita untuk menyampaikan gagasan atau perasaan dengan cara yang tidak biasa, menggunakan perbandingan atau kiasan yang bisa membangkitkan imajinasi pembaca atau pendengar.

Jika kamu pernah belajar majas saat masih duduk di bangku sekolah dasar, kini saatnya kita menyegarkan kembali ingatanmu. Artikel ini akan menjadi panduan lengkap yang akan mengajakmu menyelami berbagai jenis majas, dari yang paling sering kamu temui hingga yang mungkin jarang kamu dengar. Kita akan membahas tuntas setiap jenis majas, melihat contoh-contohnya yang relevan, dan yang terpenting, belajar bagaimana cara menggunakannya agar tulisanmu semakin memukau. Jadi, siapkan dirimu, dan mari kita mulai petualangan seru ke dunia gaya bahasa!

Kategori Utama Majas: Mengenal Berbagai Kelompok Gaya Bahasa

Secara umum, majas bisa dibagi menjadi empat kategori besar, yaitu majas perbandingan, majas pertentangan, majas sindiran, dan majas penegasan. Meskipun dalam praktiknya sering kali tumpang tindih, memahami pembagian ini akan membantumu mengorganisir pemahaman dengan lebih baik.

Majas Perbandingan: Menghubungkan Dua Hal yang Berbeda

Kelompok majas ini berfungsi untuk membandingkan satu hal dengan hal lain. Tujuannya adalah untuk menciptakan efek visual atau emosional tertentu. Beberapa jenis majas perbandingan yang paling umum adalah:

  1. Majas Metafora

    Majas metafora adalah gaya bahasa yang membandingkan dua hal secara langsung, tanpa menggunakan kata penghubung seperti “seperti,” “bagaikan,” atau “bak.” Majas ini menggunakan sebuah kata atau frasa untuk mewakili hal lain karena keduanya memiliki sifat yang sama atau hampir sama. Intinya, metafora adalah perbandingan tersembunyi yang membuat tulisanmu lebih ringkas dan kuat.

    Tujuan: Memberikan gambaran yang kuat dan cepat kepada pembaca atau pendengar.

    Contoh:

    • “Dia adalah kembang desa.” (Kata “kembang” merujuk pada seorang gadis yang paling cantik di desa tersebut, bukan bunga sungguhan).
    • “Ani adalah anak emas orang tuanya.” (Kata “anak emas” merujuk pada anak yang sangat disayangi, bukan anak yang terbuat dari emas).
    • “Perpustakaan adalah gudang ilmu.” (Kata “gudang ilmu” merujuk pada tempat di mana banyak sekali ilmu atau pengetahuan yang tersimpan).
    • “Si dia adalah biang keladi dari semua masalah.” (Kata “biang keladi” artinya orang yang menjadi penyebab utama masalah).
  2. Majas Asosiasi (Perumpamaan)

    Berbeda dengan metafora, majas asosiasi atau perumpamaan membandingkan dua hal yang berbeda namun dianggap memiliki kemiripan, dengan menggunakan kata pembanding yang eksplisit seperti “bagaikan,” “bak,” atau “seperti.” Majas ini memberikan perbandingan yang lebih jelas dan mudah ditangkap oleh pembaca.

    Tujuan: Memberikan perbandingan yang jelas dan mudah dipahami.

    Contoh:

    • “Matanya indah seperti bintang kejora.” (Membandingkan mata dengan bintang kejora karena keduanya dianggap sama-sama indah dan bersinar).
    • “Semangatnya keras bagaikan baja.” (Membandingkan semangat dengan baja untuk menggambarkan betapa kuatnya semangat tersebut).
    • “Wajahnya pucat bak mayat.” (Membandingkan wajah yang pucat dengan mayat untuk memberikan gambaran yang ekstrem).
    • “Suaranya nyaring bagaikan lonceng gereja.” (Membandingkan suara yang nyaring dengan suara lonceng gereja yang keras).
  3. Majas Personifikasi

    Majas personifikasi adalah gaya bahasa yang memberikan sifat atau kemampuan manusia kepada benda mati atau makhluk hidup yang bukan manusia. Majas ini membuat benda mati seolah-olah hidup, bergerak, dan memiliki perasaan.

    Tujuan: Membuat tulisan menjadi lebih hidup, dinamis, dan menarik.

    Contoh:

    • “Angin malam berbisik di telingaku.” (Angin tidak bisa berbisik, tetapi gaya bahasa ini membuatnya seolah-olah bisa berbicara).
    • “Pohon nyiur melambai-lambai tertiup angin.” (Pohon tidak bisa melambai seperti manusia, namun gaya bahasa ini memberikan kesan gerak yang indah).
    • “Jam dinding di kamar terus berteriak menandakan sudah larut malam.” (Jam dinding tidak bisa berteriak, tetapi ini menggambarkan suara detiknya yang berisik dan mengganggu).
    • “Ombak berkejar-kejaran menuju pantai.” (Ombak tidak bisa berkejar-kejaran, ini adalah kiasan yang menggambarkan gerakannya yang terus-menerus).
  4. Majas Alusio

    Majas ini mungkin jarang kamu dengar, tetapi sering kamu temui. Alusio adalah gaya bahasa yang merujuk pada suatu peristiwa, tokoh, atau tempat yang sudah diketahui secara umum tanpa menyebutkannya secara langsung. Ini mengandalkan pengetahuan umum pembaca.

    Tujuan: Menambah kedalaman makna dan membuat tulisan lebih ringkas.

    Contoh:

    • “Jangan menjadi Malin Kundang di era modern.” (Merujuk pada kisah Malin Kundang yang durhaka tanpa perlu menceritakan kembali kisahnya).
    • “Ia bagaikan Romeo dan Juliet di zaman sekarang.” (Merujuk pada sepasang kekasih yang cintanya terhalang).

Majas Pertentangan: Menciptakan Efek Dramatis dengan Kontras

Kelompok majas ini digunakan untuk menyatakan sesuatu yang berlawanan atau melebih-lebihkan dari kenyataan. Majas ini bertujuan untuk memberikan efek dramatis atau penekanan pada suatu kalimat.

  1. Majas Hiperbola

    Majas hiperbola adalah gaya bahasa yang menyampaikan sesuatu dengan cara melebih-lebihkan dari kenyataan yang sebenarnya. Tujuan dari majas ini bukan untuk berbohong, melainkan untuk memberikan penekanan dan efek yang kuat, sehingga pembaca lebih terkesan.

    Tujuan: Membuat tulisan atau ucapan menjadi lebih dramatis, kuat, dan berkesan.

    Contoh:

    • “Ayah bekerja keras membanting tulang demi memenuhi kebutuhan keluarganya.” (Ayah tidak benar-benar membanting tulang, melainkan bekerja sangat keras).
    • “Suara teriakan suporter memecah gendang telinga.” (Suara teriakan suporter tidak benar-benar memecah gendang telinga, ini hanya ungkapan untuk menggambarkan betapa kerasnya suara tersebut).
    • “Harga barang-barang meroket sampai ke langit.” (Harga barang tidak benar-benar terbang, ini hanya kiasan untuk menggambarkan kenaikan harga yang sangat tinggi).
    • “Tugas ini membuat otakku pecah.” (Tugasnya sangat sulit dan membuat pusing, bukan sungguh-sungguh membuat otak pecah).
  2. Majas Litotes

    Kebalikan dari hiperbola, majas litotes adalah gaya bahasa yang menyampaikan sesuatu dengan cara merendahkan diri atau mengecilkan kenyataan. Tujuannya adalah untuk bersikap sopan dan tidak sombong.

    Tujuan: Menyampaikan sesuatu secara halus dan merendah.

    Contoh:

    • “Silakan mampir ke gubuk reot kami.” (Kata “gubuk reot” mengganti kata “rumah” yang bagus untuk merendah).
    • “Hasil karyaku ini hanya coretan-coretan biasa.” (Padahal, hasil karyanya sangat bagus).
    • “Jangan sungkan untuk mencicipi hidangan sederhana ini.” (Padahal, hidangan yang disajikan sangat lezat dan mewah).
  3. Majas Paradoks

    Majas paradoks adalah gaya bahasa yang mengungkapkan dua hal yang seolah-olah bertentangan, namun sebenarnya mengandung kebenaran. Pertentangan ini tidak benar-benar berlawanan secara mutlak, tetapi justru melengkapi satu sama lain.

    Tujuan: Menarik perhatian pembaca dengan pernyataan yang mengejutkan.

    Contoh:

    • “Hatinya sepi di tengah keramaian kota.” (Kata “sepi” dan “keramaian” bertentangan, namun maknanya masuk akal karena menggambarkan perasaan batin seseorang yang tidak terhubung dengan lingkungan sekitarnya).
    • “Ia merasa kaya meskipun hidup dalam kemiskinan.” (Menggambarkan kekayaan batin atau spiritual, bukan kekayaan materi).
  4. Majas Antitesis

    Majas ini mirip dengan paradoks, tetapi lebih sederhana. Majas antitesis adalah gaya bahasa yang memadukan dua kata yang berlawanan dalam satu kalimat untuk menekankan suatu ide.

    Tujuan: Menekankan kontras antara dua hal.

    Contoh:

    • Baik buruknya perbuatannya akan tetap dikenang.
    • Tinggi rendahnya derajat seseorang tidak diukur dari kekayaannya.

Majas Sindiran: Mengungkapkan Kritik dengan Cara Halus atau Kasar

Majas sindiran digunakan untuk menyatakan suatu maksud dengan cara menyindir. Tujuannya bisa untuk mengkritik, mengolok-olok, atau memberikan efek komedi.

  1. Majas Ironi

    Majas ironi adalah gaya bahasa yang menyatakan sesuatu yang bertentangan dengan kenyataan, biasanya digunakan untuk menyindir dengan halus. Kamu sering menggunakan majas ini tanpa sadar dalam percakapan sehari-hari.

    Tujuan: Menyindir atau mengolok-olok secara halus.

    Contoh:

    • “Bagus sekali nilaimu, sampai-sampai tidak bisa dibaca.” (Padahal, nilai yang dimaksud adalah sangat jelek).
    • “Rajin sekali kamu, sampai jam segini baru bangun.” (Padahal, yang dimaksud adalah malas).
    • “Indah sekali suaramu, sampai-sampai para kucing pun lari.” (Padahal, suaranya sumbang atau tidak merdu).
  2. Majas Sarkasme

    Majas ini adalah bentuk sindiran yang paling kasar dan langsung. Sarkasme menggunakan kata-kata yang tajam dan menyakitkan dengan maksud untuk mengejek atau merendahkan seseorang.

    Tujuan: Menyindir secara langsung dan tajam.

    Contoh:

    • “Pintar sekali kamu, soal semudah itu saja tidak bisa dijawab.” (Sindiran tajam untuk seseorang yang dianggap bodoh).
    • “Apa telingamu terbuat dari batu? Sudah berkali-kali dipanggil tidak menyahut.” (Sindiran kasar untuk seseorang yang tidak responsif).

Majas Penegasan: Mempertegas dan Memperkuat Suatu Pernyataan

Majas ini digunakan untuk memberikan penekanan pada suatu kata atau ide. Tujuannya adalah agar pembaca atau pendengar lebih yakin dan terkesan dengan apa yang disampaikan.

  1. Majas Pleonasme

    Majas pleonasme adalah gaya bahasa yang menggunakan kata-kata yang maknanya sudah tercakup dalam kata lain. Majas ini sering dianggap berlebihan, tetapi tujuannya adalah untuk memberikan penekanan yang kuat.

    Tujuan: Menekankan suatu makna dengan pengulangan.

    Contoh:

    • “Mereka maju ke depan untuk menerima penghargaan.” (Kata “maju” sudah berarti “ke depan,” tetapi penambahan ini mempertegas gerakan tersebut).
    • “Saya melihatnya dengan mata kepala saya sendiri.” (Tentu saja melihat menggunakan mata, tetapi frasa ini menekankan bahwa ia benar-benar menyaksikan peristiwa itu).
  2. Majas Tautologi

    Mirip dengan pleonasme, majas tautologi mengulang-ulang kata dengan makna yang sama, tetapi biasanya menggunakan kata yang berbeda atau frase yang sinonim.

    Tujuan: Memberikan penekanan yang kuat dan bersifat persuasif.

    Contoh:

    • “Aku tidak akan pernah melupakan kenangan indah dan momen-momen bahagia bersamamu.” (“Kenangan indah” dan “momen-momen bahagia” memiliki makna yang mirip).
    • “Hidup ini penuh dengan tantangan dan cobaan.” (“Tantangan” dan “cobaan” memiliki makna serupa).

Contoh-contoh Lain dan Penerapan Majas dalam Keseharian

Majas tidak hanya ada dalam buku-buku sastra. Tanpa kita sadari, kita sering menggunakannya dalam percakapan sehari-hari.

Majas Metafora:

  • Saat kamu bilang, “Kakakku adalah tulang punggung keluarga.” (Artinya, kakakmu adalah penopang utama ekonomi keluarga).
  • “Dia adalah kutu buku.” (Artinya, dia sangat suka membaca).

Majas Asosiasi:

  • Ketika kamu bilang, “Lari temanmu cepat seperti angin.” (Membandingkan kecepatan lari dengan kecepatan angin).
  • “Rambutnya halus bagaikan sutra.” (Membandingkan kehalusan rambut dengan sutra).

Majas Personifikasi:

  • Saat kamu berkata, “Motor tua batuk-batuk saat dihidupkan.” (Motor tidak bisa batuk, tapi ini menggambarkan suara mesin yang tidak stabil).
  • “Daun-daun menari tertiup angin.” (Menggambarkan gerakan daun yang indah).

Majas Hiperbola:

  • Ketika kamu bilang, “PR Matematika ini membuat kepalaku pecah.” (Tentu saja kepalamu tidak benar-benar pecah, itu hanya ungkapan untuk menggambarkan betapa sulitnya PR tersebut).
  • “Aku kehausan setengah mati.” (Artinya, sangat haus).

Tabel Ringkasan Jenis Majas dan Contohnya

Jenis Majas Deskripsi Contoh
Metafora Membandingkan dua hal secara langsung tanpa kata penghubung. “Perpustakaan adalah gudang ilmu.”
Asosiasi Membandingkan dua hal dengan kata penghubung “seperti,” “bagai,” dll. “Wajahnya pucat bak mayat.”
Personifikasi Memberi sifat manusia pada benda mati atau makhluk hidup. “Angin malam berbisik di telingaku.”
Hiperbola Melebih-lebihkan dari kenyataan untuk efek dramatis. “Suara teriakan suporter memecah gendang telinga.”
Eufemisme Mengganti kata kasar dengan kata yang lebih halus. “Bapak itu sudah dipanggil Tuhan.”
Litotes Merendahkan diri untuk menyampaikan sesuatu secara halus. “Silakan mampir ke gubuk reot kami.”
Sinekdok Menggunakan sebagian untuk merujuk keseluruhan, atau sebaliknya. Setiap kepala membayar Rp5.000.”
Ironi Menyatakan yang bertentangan dengan kenyataan untuk menyindir. Bagus sekali nilaimu, sampai-sampai tidak bisa dibaca.”
Paradoks Mengungkapkan dua hal yang seolah bertentangan, tapi mengandung kebenaran. “Hatinya sepi di tengah keramaian kota.”
Pleonasme Menggunakan kata yang berlebihan untuk penekanan. “Dia mundur ke belakang.”

10 Soal Kuis untuk Menguji Pemahamanmu

  1. Jelaskan perbedaan mendasar antara Majas Metafora dan Majas Asosiasi.
  2. Tuliskan satu contoh kalimat yang menggunakan Majas Hiperbola dan jelaskan makna di baliknya.
  3. Apa yang dimaksud dengan Majas Personifikasi? Berikan satu contoh kalimat yang belum ada di artikel.
  4. Apa tujuan utama dari penggunaan Majas Eufemisme? Berikan contohnya.
  5. Dalam kalimat “Wajahnya putih bagai susu,” majas apa yang digunakan?
  6. Tuliskan satu contoh Majas Paradoks dan jelaskan mengapa majas tersebut termasuk paradoks.
  7. Apa arti dari ungkapan “tulang punggung” dalam majas metafora?
  8. Dalam kalimat “Pohon-pohon di hutan berteriak minta diselamatkan,” majas apa yang digunakan?
  9. Apa perbedaan antara majas perbandingan dan majas pertentangan?
  10. Tuliskan satu contoh Majas Litotes dan jelaskan maknanya.

Kesimpulan: Menjadi Ahli Bahasa yang Kreatif

Mempelajari majas bukan hanya tentang menghafal nama-nama gaya bahasa yang rumit. Lebih dari itu, majas adalah alat untuk menghidupkan tulisan dan ucapan, membuatnya lebih ekspresif, dan mudah diingat. Dari perbandingan yang langsung (metafora) hingga kiasan yang melebih-lebihkan (hiperbola), setiap majas memiliki peran uniknya sendiri dalam seni berbahasa. Dengan terus berlatih mengidentifikasi dan menggunakan majas, kamu akan menjadi penulis dan pembicara yang lebih kreatif, mampu menyampaikan ide-idemu dengan cara yang tidak biasa, dan pada akhirnya, akan lebih mencintai kekayaan Bahasa Indonesia. Jadi, jangan ragu untuk berkreasi dan mencoba menggunakan majas dalam tulisan atau percakapanmu sehari-hari.

Ayo Gabung!

Dapatkan informasi dan tips pendidikan lainnya langsung di ponselmu!

Jangan lewatkan info-info terbaru, gabung sekarang di channel WhatsApp kami! INFO Pendidikan

Ikuti juga channel Telegram kami untuk update terkini seputar dunia pendidikan! INFO Pendidikan

Scroll to Top